Laman

Sabtu, 06 Juli 2013

cerita mos ke 1 dan mos ke 2


Kamis tanggal 20 s/d jumat 21 juni 2013
Kami(murid most gelombang  8 ) pada hari kamis kami melakukan most pertama di tritech  di hari pertama kami belom kenal satu sama lain ya paling ada lah sekitar 3 orang yg udah kenal itu pun karena mereka di saat masih smp satu kelas,nah disitu mukak kami masih culun masih nyarik kawan baru.
Saya(eka) di saat saya sudah nyampek di depan tritech saya udah dapat kawan nama kawan baru saya fitri,windy dan lulu mereka itu baek kali nyambung kalok di ajak ngomong. Pertama kami memasuki ruangan untuk di kasih arahan sama kakak2 PMR . Sudah itu kami di bareskaan untuk langsung pergi ke GAN.
Di saat kami di bus kami semua pada heboh terutama kak werfi, kak shory, kak dian, kak nana, mereka semua yang paling kocak 
sesampai di GAN kemudian kami beristirahat di masjid yang ada di depan GAN  sampai menunggu adzan  sholat jum'at bagi laki-laki setelah anak laki-laki nya selesai sholat jum'at kami di baris kan kami di kasi arahan sama kakak kelas untuk menjaga sikap di dalam GAN sesudah kami di kasi arahan barulah kami langsung masuk ke dalam GAN dan kami di ajak masuk ke dalam suatu ruangan untuk di kasi arahan yang lebih jelas setelah kami di kasi arahan kami langsung di perlihat kan orang-orang yang memakai narkoba disitulah mereka ada yang di pakaikan rantai dan ada juga anak yang paling kecil memakai narkoba dan juga kami di kasi lihat orang yang masih di dalam sel GAN dan kami di perboleh kan untuk bertanya kepada yang memakai narkoba setelah bertanya-tanya kami di bariskan  untuk masuk ke dalam bus dan berjalan pulang.

cerita mos ke 1 dan mos ke 2


Kamis tanggal 20 s/d jumat 21 juni 2013
Kami(murid most gelombang  8 ) pada hari kamis kami melakukan most pertama di tritech  di hari pertama kami belom kenal satu sama lain ya paling ada lah sekitar 3 orang yg udah kenal itu pun karena mereka di saat masih smp satu kelas,nah disitu mukak kami masih culun masih nyarik kawan baru.
Saya(eka) di saat saya sudah nyampek di depan tritech saya udah dapat kawan nama kawan baru saya fitri,windy dan lulu mereka itu baek kali nyambung kalok di ajak ngomong. Pertama kami memasuki ruangan untuk di kasih arahan sama kakak2 PMR . Sudah itu kami di bareskaan untuk langsung pergi ke GAN.
Di saat kami di bus kami semua pada heboh terutama kak werfi, kak shory, kak dian, kak nana, mereka semua yang paling kocak 
sesampai di GAN kemudian kami beristirahat di masjid yang ada di depan GAN  sampai menunggu adzan  sholat jum'at bagi laki-laki setelah anak laki-laki nya selesai sholat jum'at kami di baris kan kami di kasi arahan sama kakak kelas untuk menjaga sikap di dalam GAN sesudah kami di kasi arahan barulah kami langsung masuk ke dalam GAN dan kami di ajak masuk ke dalam suatu ruangan untuk di kasi arahan yang lebih jelas setelah kami di kasi arahan kami langsung di perlihat kan orang-orang yang memakai narkoba disitulah mereka ada yang di pakaikan rantai dan ada juga anak yang paling kecil memakai narkoba dan juga kami di kasi lihat orang yang masih di dalam sel GAN dan kami di perboleh kan untuk bertanya kepada yang memakai narkoba setelah bertanya-tanya kami di bariskan  untuk masuk ke dalam bus dan berjalan pulang.

Rabu, 14 November 2012

tersenyumlah kawan

hey kawan..
saat aku melihat mu kau selalu tersenyum
aku melihat mu seperti tidak ada beban di dunia ini
orang tidak bisa membedakan antara kamu sedih maupun senang

aku pernah melihat mu tidak tersenyum satu hari
rasanya itu aneh
di saat kamu tidak tersenyum wajah mu itu jelek
aku bertanya pada mu" kenapa kamu ini hari tidak tersenyum??"
dan dia pun hanya menjawab pertanyaan aku dengan senyuman

terkadang aku iri melihat mu
kenapa aku bilang aku iri padamu??
karna kamu itu orangnya selalu santai dan selalu tersenyum
dan kamu selalu aku lihat seperti tidak punya masalah
satu hari aja kamu tidak tersenyum orang melihat mu merasa anaeh dengan sikap mu itu

dan aku ingin menjadi seperti mu



karya: aku sendiri( eka dini annisa )

maav kalau karya aku jelek :D

Sabtu, 06 Oktober 2012

dongeng anak anak di korea

[DONGENG] The Moon and Star with Indonesian translation

Dongeng ini saya dapatkan dari sebuah forum belajar bahasa Korea. Cerita yang ditulis terlalu singkat, beberapa kalimat sulit dipahami. Tetapi, secara keseluruhan cukup dapat dimengerti jalan ceritanya.

์•„์ฃผ ์˜ค๋žœ ์˜›๋‚  ์–ด๋Š ํ•œ ๋งˆ์„์— ์—„๋งˆ์™€ ์‚ฌ์ด์ข‹์€ ์˜ค๋ˆ„์ด๊ฐ€ ์‚ด์•˜๋‹ค.
Aju oraen yetnal eoneu han maeure eommawa saijoheun onuiga saratta.
์˜ค๋ˆ„์ด๋Š” ์•„๋น ๊ฐ€ ์—†์—ˆ๋‹ค.
Onuineun appaga eopseotdeon
๊ทธ๋ž˜์„œ ์˜ค๋ˆ„์ด์˜ ์—„๋งˆ๊ฐ€ ๋–ก์„ ํŒ”๋Ÿฌ ๋‹ค๋‹ˆ๋ฉฐ ๋ˆ์„ ๋ฒŒ์—ˆ๋‹ค.
Keuraeseo onuieui eommaga tteokeul phalleo danimyeo doneul peoreotta
๊ทธ๋Ÿฌ๋‹ค ์–ด๋Š๋‚  ์—„๋งˆ๊ฐ€ ์ž”์นซ์ง‘์— ๋–ก์„ ํŒ”๊ณ ์„œ ๋ฐค ๋Šฆ๊ฒŒ ์ง‘์— ๋Œ์•„์˜ค๋Š” ๊ธธ์— ๋ฌด์‹œ๋ฌด์‹œํ•œ ํ˜ธ๋ž‘์ด๋ฅผ ๋งŒ๋‚ฌ๋‹ค.
Keureona eoneunal eommaga janchitjibe tteokeul phalgoseo pam neutke toraoneun gire mushimushihan horangireul manatta
๊ทธ ํ˜ธ๋ž‘์ด๋Š” ๋–ก ํ•˜๋‚˜ ์ฃผ๋ฉด ์•ˆ์žก์•„๋จน๋Š”๋‹ค๊ณ  ๋งํ–ˆ๋‹ค.
Keu horangineun tteok hana jumyeon anjabameokneundago marhaetta
๊ทธ๋ž˜์„œ ์—„๋งˆ๋Š” ๋ฌด์„œ์›Œ์„œ ๋–กํ•˜๋‚˜๋ฅผ ๋˜์ ธ์ฃผ์—ˆ๋‹ค.
Keuraeseo eommaneun museowoseo tteokhanareul deonjyeojueotta
๋ง›์žˆ๊ฒŒ ๋–ก์„ ๋จน์€ ํ˜ธ๋ž‘์ด๋Š” ๋‚จ์€ ๋–ก์ด ๋ฐ”๋‹ฅ ๋‚  ๋•Œ๊นŒ์ง€ ๊ณ„์† ๋‹ฌ๋ผ๊ณ ํ–ˆ๋‹ค.
Mashitke tteokeul meogeul horangineun nameun tteoki padak nal ttaekaji kyeosok tallagohaetta
๋–ก์ด ๋‹ค ๋–จ์–ด์ง€์ž ํ˜ธ๋ž‘์ด๋Š” ํ™”๊ฐ€ ๋‚˜ ์˜ค๋ˆ„์ด์˜ ์—„๋งˆ๋ฅผ ์žก์•„๋จน๊ณ ์„œ ์˜ค๋ˆ„์ด์˜ ์—„๋งˆ์˜ ์˜ท์„ ํ˜ธ๋ž‘์ด๊ฐ€ ์ž…์–ด ๋ณ€์žฅ์„ ํ•˜๊ณ ์˜ค๋ˆ„์ด์˜ ์ง‘์œผ๋กœ ํ–ฅํ–ˆ๋‹ค.
Tteoki da tteoreojija horangineun hwaga na onuieui eommareul jabameokgoseo onuieui eommaeui oseul horangiga ipeo byeonjangeul hagoonuieui jibeuro hyanghaetta.
ํ˜ธ๋ž‘์ด๋Š” ์˜ค๋ˆ„์ด์˜ ์—„๋งˆ๋กœ ๋ถ„์žฅ์„ ํ–ˆ์ง€๋งŒ ํ˜ธ๋ž‘์ด๋ผ๋Š”๊ฒƒ์„ ์•Œ์•„์ฑˆ ์˜ค๋ˆ„์ด๋Š” ๋’ท๋งˆ๋‹น์˜ ํฐ๋‚˜๋ฌด๋กœ ์˜ฌ๋ผ๊ฐ€ ์ˆจ์—ˆ๋‹ค.
Horangineun onuieui eommaro bunjangeul haetjiman horangiraneungeoseul orachaen onuieui twitmadangeui k’eun namuro illaga sumeotta.
ํ˜ธ๋ž‘์ด๊ฐ€ ๋‚˜๋ฌด ์œ„๋กœ ๋ชป์˜ฌ๋ผ์˜ค์ž ๋™์ƒ์€ ๋‚˜๋ฌด์œ„๋กœ ์˜ฌ๋ผ์˜ค๋Š” ๋ฐฉ๋ฒ•์„ ์•Œ๋ ค์ฃผ์—ˆ๋‹ค.
Horangiga namu wiro mosollaoja dongsaeng namuwiro ollaoneun pangpeooeul allyeojueotta.
ํ˜ธ๋ž‘์ด๊ฐ€ ๋‚˜๋ฌด์œ„๋กœ ์˜ฌ๋ผ์˜ค๋Š”๋™์•ˆ ๊ฒ์— ์งˆ๋ฆฐ ์˜ค๋ˆ„์ด๋Š” ํ•˜๋Š๋‹˜์—๊ฒŒ ์ƒˆ ๋™์•„์ค„์„ ๋‚ด๋ ค๋‹ฌ๋ผ๊ณ  ๊ธฐ๋„ํ–ˆ๋‹ค.
Horangiga namuwiro ollaoneundongan keope jillin onuineun haneunimege sae dingajureul naeryeodallago kidohae.
๊ทธ๋Ÿฌ์ž ํ•˜๋Š˜์—์„œ ์ƒˆ ๋™์•„์ค„์ด ๋‚ด๋ ค์™”๋‹ค.
Keureoja haneureseo sae dongajuri naeryeowatta.
๊ทธ๋ž˜์„œ ์˜ค๋ˆ„์ด๋Š” ์ƒˆ ๋™์•„์ค„์„ ํƒ€๊ณ  ํ•˜๋Š˜๋กœ ์˜ฌ๋ผ๊ฐ”๋‹ค.
Keuraeseo onuineun sae dongajureul t’ago haneullo ollagatta
ํ˜ธ๋ž‘์ด๋„ ๋™์•„์ค„์„ ๋‚ด๋ ค๋‹ฌ๋ผ๊ณ  ํ–ˆ๋‹ค.
Horangido dorajureul naeryeotallago haetta.
๊ทธ๋Ÿฌ๋‚˜ ๊ทธ ๋™์•„์ค„์€ ์ฉ์€ ๋™์•„์ค„์ด์—ฌ์„œ ํ˜ธ๋ž‘์ด๋Š” ํ•˜๋Š˜๋กœ ์˜ฌ๋ผ๊ฐ€๋‹ค๊ฐ€ ๊ทธ๋งŒ ๋–จ์–ด์กŒ๋‹ค.
Keureona keu dongajureun sseok dongajuriyeoseo horangineun haneullo ollagadaga keuman tteoreojyeotta.
๊ทธ ํ›„ ํ•˜๋Š˜๋กœ ์˜ฌ๋ผ๊ฐ„ ์˜ค๋ˆ„์ด๋Š” ํ•ด์™€ ๋‹ฌ์ด ๋˜์—ˆ๋Š”๋ฐ ๋ฐค์„ ๋ฌด์„œ์›Œํ•˜๋Š” ๋™์ƒ์€ ํ•ด , ์˜ค๋น ๋Š” ๋‹ฌ์ด ๋˜์—ˆ๋‹ค.
Keu hu haneullo ollagan onuineun haewa dari doeeotneunde pameul museowohaneun doongsaengun hae, oppaneun dari doeeotta.
Pada zaman dahulu kala, suatu saat hiduplah kakak beradik yang saling menyayangi bersama ibunya di sebuah desa.
Kakak beradik tersebut tidak memiliki ayah
Oleh karena itu, ibu dari kakak beradik tersebut mengumpulkan uang dengan menjual kue beras kesana kemari
Tetapi pada suatu hari, ibu pulang ke rumah terlambat karena menjual kue beras di sebuah pesta besar. Saat di jalan pulang ia bertemu dengan harimau yang menakutkan.
Harimau itu berkata bahwa ia tidak membunuh jika diberi sebuah kue beras.
Karena takut, Ibupun melemparkan satu kue beras
Harimau yang memakan kue beras dengan nikmatnya terus meminta sisa kue beras hingga kue tersebut habis.
Setelah semua kue habis, harimau marah dan memangsa ibu kakak beradik itu. Harimau kemudian menyamar dengan mengenakan pakaian ibu kakak beradik itu dan datang ke rumah mereka.
Meskipun harimau berpura-pura menjadi ibu kakak beradik tersebut, mereka mengetahui bahwa ia adalah harimau. Mereka bersembunyi dengan menaiki pohon yang besar di halaman belakang.
Indonesian translation:. http://haerajjang.wordpress.com
Harimau tidak dapat naik ke atas pohon dan si bungsu memberitahu cara memanjat pohon.
Selama harimau memanjat pohon, kakak beradik tersebut pucat pasi ketakutan. Mereka berdoa kepada Tuhan meminta sebuah tali baru.
Kemudian sebuah tali baru jatuh dari langit.
Kakak beradik itu kemudian mengambil tali dan menaikinya menuju langit
Harimau itupun meminta hal yang sama, sebuah tali.
Tetapi tali yang diberikan adalah tali yang rapuh sehingga harimau berhenti memanjat karena terjatuh saat naik ke langit.
Sejak kakak beradik tersebut naik ke langit, sang adik yang takut menjadi matahari, sedangkan yang laki-laki menjadi bulan.

KOSAKATA

์•„์ฃผ (aju): sangat
์˜ค๋žœ ์˜›๋‚  (oraen yetnal): dahulu kala
์–ด๋Š (oneu): suatu….
ํ•œ (han): se-, satu
๋งˆ์„ (maeul):desa
์—„๋งˆ (eomma): ibu
์‚ฌ์ด (sai): saling
์˜ค๋ˆ„์ด (onui): kakak beradik
์‚ด๋‹ค (salda): hidup
์•„๋น  (appa): ayah
๊ทธ๋ž˜์„œ (keuraeseo): oleh karena itu
๋–ก (tteok): kue beras
ํŒ”๋‹ค (phalda): menjual
๋‹ค๋‹ˆ๋‹ค (danida): kesana kemari
๋ˆ (don); uang
๋ฒŒ๋‹ค (beolda): mengumpulkan
์–ด๋Š๋‚  (oneunal): suatu hari
์ž”์นซ (janchit): pesta makan besar
๋ฐค (pam): malam
๋Šฆ๋‹ค (neutta): terlambat
๋Œ์•„์˜ค๋‹ค (toraoda): kembali
๊ธธ (gil): jalan
๋ฌด์‹œ๋ฌด์‹œํ•˜๋‹ค (mushimushihada): menakutkan
ํ˜ธ๋ž‘์ด (horangi): harimau
๋งŒ๋‚˜๋‹ค (mannada): bertemu
ํ•˜๋‚˜ (hana): satu
Indonesian translation:. http://haerajjang.wordpress.com
์ฃผ๋‹ค (juda); memberi
์žก์•„๋จน๋‹ค (jabameokta): memangsa, membunuh
๋งํ•˜๋‹ค (marhada): berkata
๋ฌด์„ญ๋‹ค (museopta): takut
๋˜์ง€๋‹ค (deonjida):melemparkan
๋ง›์žˆ๋”” (masitta): enak, nikmat
๋จน๋‹ค (meokta): makan
๋‚จ (nam): sisa
๋ฐ”๋‹ฅํ•˜๋‹ค (padakhada): habis
๋•Œ๊นŒ์ง€ (ttaejida):hingga
๊ณ„์† (kyeosok): hingga
๋‹ฌ๋ผ๋‹ค (tallada):meminta
๋–จ์–ด์ง€๋‹ค (tteoreojida):jatuh
ํ™”๊ฐ€ (hwaga): marah
์˜ท (ot): pakaian
์ž… (ip): mengenakan
๋ณ€์žฅ (byeonjang): menyamar
ํ–ฅํ•ด (hyanghae): menuju
์ง€๋งŒ (jiman): tetapi
์•Œ๋‹ค (alda): tahu
๋’ท๋งˆ๋‹น (twitmadang): halaman belakang
ํฌ๋‹ค (k’euda): besar
๋‚˜๋ฌด (namu): pohon
์˜ฌ๋ผ๋‹ค (ollada): menaiki, memanjat
์ˆจ๋‹ค (sumda): bersembunyi
์œ„ (wi): atas
๋™์ƒ (dongsaeng); adik
๋ฐฉ๋ฒ• (pangpeop): cara, jalan
์•Œ๋ฆฌ๋‹ค (allida): memberitahu
๋™์•ˆ (dongan): selama
๊ฒ (keop): takut
์งˆ๋ฆฌ๋‹ค (jillida): menjadi pucat
ํ•˜๋Š๋‹˜ (haneunim): Tuhan
์—๊ฒŒ (ege): kepada
์ƒˆ (sae): baru
๋™์•„์ค„ (torajul): tali
๋‚ด๋ฆฌ๋‹ค (naerida): menjatuhkan
๊ธฐ๋„ํ•˜๋‹ค (kidohae); memohon, berdoa
ํ•˜๋Š˜ (haneul): langit
ํƒ€๋‹ค (t’ada); menaiki
๊ทธ๋Ÿฌ๋‚˜ (keureona); tetapi
์ฉ๋‹ค (sseokta): rusak, jelek, rapuh
๊ทธ๋งŒ (keuman): berhenti
๊ทธํ›„ (keuhu): setelah itu
๋‹ฌ (dal): bulan
[DONGENG] ํ˜•์ œ์˜ ์šฐ์•  (Two Brothers) with Indonesian translation

Tulisan ini diposting oleh Park Cheolsu melalui cafe daum pada 27 Maret 2007 dengan judul ํ˜•์ œ์˜ ์šฐ์•  atau Two Brothers. Tulisan asli berhuruf hangul,

์˜›๋‚ ์— ์˜จ ๋™๋„ค ์‚ฌ๋žŒ๋“ค์ด ์•Œ์•„์ฃผ๋Š” ์šฐ์•  ์žˆ๋Š” ํ˜•์ œ๊ฐ€ ์‚ด์•˜์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ํ˜•์ œ๋Š” ํ™€์–ด๋จธ๋‹ˆ๋ฅผ ๋ชจ์‹œ๊ณ  ์‚ด๋‹ค๊ฐ€ ์–ด๋จธ๋‹ˆ๊ฐ€ ๋Œ์•„๊ฐ€์‹œ์ž ๋ชจ๋“  ์œ ์‚ฐ์„ ๋˜‘๊ฐ™์ด ๋‚˜๋ˆ„์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

๋‘ ํ˜•์ œ๋Š” ํ•ด๊ฐ€ ๋– ์„œ๋ถ€ํ„ฐ ํ•ด๊ฐ€ ์งˆ ๋•Œ๊นŒ์ง€ ์—ด์‹ฌํžˆ ์ผํ–ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๊ฐ€์„์ด ๋˜๋ฉด ๋‘ ํ˜•์ œ๊ฐ€ ๋งˆ์„์—์„œ ๊ฐ€์žฅ ๋งŽ์ด ์ถ”์ˆ˜๋ฅผ ํ•˜๊ณ , ๊ฑฐ๋‘” ๊ณก์‹์„ ๋‹ด์•„ ์„œ๋กœ ๋˜‘๊ฐ™์ด ๋‚˜๋ˆ„์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

์–ด๋Š ๊ฐ€์„๋‚  ๋ฐค์—, ํ˜•์ด ์ƒ๊ฐํ–ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. “๋™์ƒ์€ ๋ช‡ ๋‹ฌ ์ „์— ๊ฒฐํ˜ผํ–ˆ๊ธฐ ๋•Œ๋ฌธ์— ๋ˆ์ด ๋งŽ์ด ํ•„์š”ํ•  ๊บผ์•ผ. ๋™์ƒ ๋ชจ๋ฅด๊ฒŒ ์Œ€ ํ•œ ๊ฐ€๋งˆ๋‹ˆ๋ฅผ ๊ฐ€์ ธ๋‹ค์ฃผ์–ด์•ผ๊ฒ ๋‹ค. ๋‚ด๊ฐ€ ์Œ€์„ ๋” ์ค€๋‹คํ•˜๋ฉด ์•„๋งˆ ๋ฐ›์ง€ ์•Š์„ ํ…Œ๋‹ˆ๊นŒ.” ๊ทธ๋‚  ๋ฐค, ํ˜•์€ ์Œ€ ํ•œ ๊ฐ€๋งˆ๋‹ˆ๋ฅผ ๋™์ƒ์˜ ์ฐฝ๊ณ ์— ๊ฐ€์ ธ๋‹ค ๋†“์•˜์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

๋‹ค์Œ ๋‚ , ํ˜•์€ ์ฐฝ๊ณ ๋ฅผ ์‚ดํŽด๋ณด๋˜ ์ค‘ ์Œ€๊ฐ€๋งˆ๋‹ˆ ์ˆ˜๊ฐ€ ์–ด์ œ์™€ ๋˜‘ ๊ฐ™์€ ๊ฒƒ์„ ๋ณด๊ณ  ๋งค์šฐ ๋†€๋ž์Šต๋‹ˆ๋‹ค. “์ด์ƒํ•œ๋ฐ? ์ง€๋‚œ๋ฐค์— ์Œ€ ํ•œ ๊ฐ€๋งˆ๋‹ˆ๋ฅผ ๋™์ƒ ์ฐฝ๊ณ ์— ๊ฐ€์ ธ๋‹ค ๋†“์•˜๋Š”๋ฐ ๋ง์ด์•ผ.” ํ˜•์€ ๊ฐ€๋งˆ๋‹ˆ ์ˆ˜๋ฅผ ๋‹ค์‹œ ํ•œ ๋ฒˆ ์„ธ์–ด ๋ณด์•˜์Šต๋‹ˆ๋‹ค. “์Œ, ์˜ค๋Š˜ ๋ฐค ํ•œ ๊ฐ€๋งˆ๋‹ˆ๋ฅผ ๋‹ค์‹œ ๊ฐ€์ ธ๋‹ค์ฃผ์–ด์•ผ๊ฒ ๋‹ค.”

๊ทธ๋ž˜์„œ, ํ˜•์€ ๊ทธ๋‚  ๋ฐค๋Šฆ๊ฒŒ ์Œ€ ํ•œ ๊ฐ€๋งˆ๋‹ˆ๋ฅผ ๋” ๋‚ ๋ผ๋‹ค ๋†“์•˜์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

๋‹ค์Œ ๋‚  ์•„์นจ, ๊ฐ€๋งˆ๋‹ˆ ์ˆ˜๊ฐ€ ๋ณ€ํ•˜์ง€ ์•Š์€ ๊ฒƒ์„ ๋ณด๊ณ  ํ˜•์€ ๋˜ ํ•œ๋ฒˆ ๋†€๋ž์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ํ˜•์€ ๊ณ ๊ฐœ๋ฅผ ์ €์œผ๋ฉฐ ํ•œ ๊ฐ€๋งˆ๋‹ˆ๋ฅผ ๋” ๊ฐ€์ ธ๋‹ค ์ฃผ์–ด์•ผ๊ฒ ๋‹ค๊ณ  ์ƒ๊ฐํ–ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

์ €๋…์„ ๋Šฆ๊ฒŒ ๋จน์€ ํ›„, ํ˜•์€ ์Œ€ ํ•œ ๊ฐ€๋งˆ๋‹ˆ๋ฅผ ์ง€๊ณ  ๋™์ƒ ์ง‘์œผ๋กœ ์ถœ๋ฐœํ–ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ํ•˜๋Š˜์—๋Š” ๋ณด๋ฆ„๋‹ฌ์ด ๋ฐ๊ฒŒ ๋– ์žˆ์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๊ทธ๋Ÿฐ๋ฐ ๋ˆ„๊ตฐ๊ฐ€ ์ €์ชฝ์—์„œ ๋ฌด๊ฑฐ์šด ์ง์„ ์ง€๊ณ  ์˜ค๋Š” ๊ฒƒ์ด ๋ณด์˜€์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

“์•„๋‹ˆ ํ˜•๋‹˜!” “์•„๋‹ˆ ์•„์šฐ์•ผ!” ํ˜•์ œ๋Š” ์„œ๋กœ๋ฅผ ๋™์‹œ์— ์•Œ์•„๋ณด์•˜์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๋‘ ํ˜•์ œ๋Š” ๋ฌด๊ฑฐ์šด ๊ฐ€๋งˆ๋‹ˆ๋ฅผ ๋‚ด๋ ค๋†“๊ณ  ํ•œ ์ฐธ ๋™์•ˆ์ด๋‚˜ ์„œ๋กœ ๋งˆ์ฃผ๋ณด๊ณ  ์›ƒ์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๋ณ€ํ•˜์ง€ ์•Š๋Š” ๊ฐ€๋งˆ๋‹ˆ ์ˆ˜์— ๋Œ€ํ•œ ๋น„๋ฐ€์„ ์•Œ์•„๋‚ด์—ˆ๊ธฐ ๋•Œ๋ฌธ์ด์ฃ . ๋™์ƒ ๋˜ํ•œ ํ˜•์ด ํฐ ๊ฐ€์กฑ์„ ๊ฑฐ๋Š๋ฆฌ๊ณ  ์žˆ๊ธฐ ๋•Œ๋ฌธ์— ๋” ๋งŽ์€ ์Œ€์ด ํ•„์š”ํ•  ๊ฒƒ์ด๋ผ ์ƒ๊ฐํ–ˆ๋˜ ๊ฒƒ์ž…๋‹ˆ๋‹ค.
Dua bersaudara

Di suatu masa yang lampau hiduplah dua orang bersaudari di sebuah desa. Kedua bersaudara itu hidup dengan melayani ibunya yang seorang janda. Bahkan mereka membagi bersama semua warisan saat ibunya meninggal dunia.

Kedua bersaudara itu bekerja dengan semangat sejak matahari naik hingga tenggelam. Saat musim gugur dua bersaudara ini panen banyak sekali, mereka saling membagi hasil panen sama rata

Pada suatu malam di musim gugur, Sang kakak berpikir,”Adikku sudah menikah beberapa bulan sebelumnya, karena itu ia pasti membutuhkan banyak uang. Aku harus memberikan sekantung beras tanpa ia ketahui. Karena jika aku memberikan beras berlebih ia mungkin tidak mau menerimanya”. Indonesian translation:. http://haerajjang.wordpress.com Malam harinya, Sang kakak membawa dan meletakkan sekantung beras di lumbung adiknya.

Keesokan harinya sang kakak sangat terkejut dan melihat di lumbungnya terdapat kantung beras dengan jumlah yang sama dengan kemarin,”Aneh? Tadi malam bukannya aku meletakkan sekantung beras di lumbung adikku” ucap sang kakak sambil menghitung sekali lagi. “Eum, nanti malam aku akan membawa sekantung beras lagi”.

Oleh karena itu sang kakak membawa sekantung beras malam harinya

Esok paginya, Jumlah kantung tidak berubah dan kakak sekali lagi terkejut. Kakak menggelengkan kepala dan berpikir akan memberikan sekantung lagi.

Setelah makan malam berakhir, kakak mengambil sekantung beras dan berjalan menuju rumah adiknya. Bulan purnama di langit bersinar terang. Oleh karenanya siapapun dapat melihat orang yang datang dengan menggendong sesuatu yang berat di sana.

“Tidak, Kakak!” “Tidak, saudaraku” Kakak beradik itu saling mengetahui. Keduanya menjatuhkan kantung yang berat dan tak lama mereka tertawa sambil saling berpandangan. Mereka mengetahui rahasia penyebab tidak berubahnya jumlah kantung. Adik juga kakak berpikiran bahwa kakak/ adik mereka membutuhkan beras lebih banyak karena memiliki keluarga yang lebih besar.

KOSAKATA

์˜›๋‚  (yetnal): masa lampau
์‚ฌ๋žŒ (saram): orang
์•Œ๋‹ค (alda): tahu
์šฐ์•  (uae): bersaudara
ํ˜•์ œ (hyeongje): saudara laki-laki
์‚ด๋‹ค (salda): hidup
ํ™€์–ด๋จธ๋‹ˆ (horeomeoni): janda
๋ชจ์‹œ๋‹ค (moshida): melayani
์–ด๋จธ๋‹ˆ (eomeoni); ibu
๋Œ์•„๊ฐ€๋‹ค (toragada): kembali
๋ชจ๋“  (modeun); semua
์œ ์‚ฐ (yusan): warisan
๋‚˜๋ˆ„๋‹ค (nanuda); berbagi
๋‘ (du): dua
ํ•ด (hae): matahari
Indonesian translation:. http://haerajjang.wordpress.com
๋– ๋‹ค (tteona): naik
์งˆ (jil): tenggelam
๋•Œ๊นŒ์ง€ (ttaekaji): hingga
์—ด์‹ฌํžˆ (yeolshimhi): dengan semangat
์ผํ•˜๋‹ค (irhada): kerja
๊ฐ€์„ (kaeul): musim gugur
๋งˆ์„ (maeul): desa
๊ฐ€์žฅ (kajang): paling, ter
๋งŽ์ด (manhi): banyak
์ถ”์ˆ˜ (chusu): panen
๊ฑฐ๋‘๋‹ค (keodu): mengumpulkan, keuntungan panen
๊ณก์‹ (kokshik): biji, sereal
๋‹ด๋‹ค (tamta): mengisi
์„œ๋กœ (seoro): saling
์–ด๋Š (eoneu): suatu
๋‚  (nal): hari
๋ฐค (pam): malam
ํ˜• (hyeong): kaka laki-laki
์ƒ๊ฐํ•˜๋‹ค (saenggakhada): memikirkan
๋™์ƒ (dongsaeng): adik
๋ช‡ (myeot): berapa
๋‹ฌ (dal): bulan
์ „์— (jeone): sebelumnya
๊ฒฐํ˜ผํ•˜๋‹ค (kyeorhonhada): menikah
๊ธฐ ๋•Œ๋ฌธ์— (kittaemune): karena
๋ˆ (don): uang
ํ•„์š”ํ•˜๋‹ค (philyohada): membutuhkan
๋ชจ๋ฅด๋‹ค (moreuda): tidak tahu
์Œ€ (ssal): beras
ํ•œ (han): satu
๊ฐ€๋งˆ๋‹ˆ (kamani): kantung
๊ฐ€์ง€๋‹ค (kajida): memiliki
์ฃผ๋‹ค (juda): memberi
์•„๋งˆ (ama): mungkin
๋ฐ›๋‹ค (patta): menerima
์ฐฝ๊ณ  (changgo): lumbung
๋†“๋‹ค (notta): meletakkan
๋‹ค์Œ (daeum): esok, kemudian
์‚ดํŽด๋ณด๋‹ค (salphyeoboda): melihat ke sekeliling
์ˆ˜ (su): jumlah
์–ด์ œ (eoje): kemarin
๋งค์šฐ (maeu): sangat
๋†€๋ผ๋‹ค (nollada): terkejut
์ด์ƒํ•˜๋‹ค (isanghada): aneh
์ง€๋‚œ (jinan): lalu
๋‹ค์‹œ ํ•œ ๋ฒˆ (dashi hanbeon): sekali lagi
์„ธ๋‹ค (seda): menghitung
์˜ค๋Š˜ (oneul): hari ini
๊ทธ๋ž˜์„œ (keuraeseo): oleh karenanya
๋‚˜๋ฅด๋‹ค (nareuda): membawa
์•„์นจ (achim): pagi
๋ณ€ํ•˜๋‹ค (byeonhada): berubah
๊ณ ๊ฐœ๋ฅผ ์ €๋‹ค (kogaeureul jeoda): menggelengkan kepala
์ €๋… (jeonyeok): malam
๋Šฆ๋‹ค (neutta): terlambat
๋จน๋‹ค (meokta): makan
ํ›„ (hu): setelah
์ง€๋‹ค (jida): mendapat, membawa
์ง‘ (jib); rumah
์ถœ๋ฐœ (chulbal): memulai
ํ•˜๋Š˜ (haneul): langit
๋ณด๋ฆ„๋‹ฌ (poreumdal): bulan pada tanggal 15 (bulan purnama)
๋ฐ๋‹ค (pakta): terang
๋ˆ„๊ตฐ๊ฐ€ (nugunga): siapapun
์ €์ชฝ์—์„œ (jeotchokeseo): di sana
๋ฌด๊ฒ๋‹ค (mugeopta): berat
์•„๋‹ˆ (ani): tidak
์•„์šฐ (au): saudara yang paling muda
์•Œ๋‹ค (alda): tahu
๋‚ด๋ฆฌ๋‹ค (naerida): jatuh
๋งˆ์ฃผ๋ณด๋‹ค (majuboda): berpandangan
์›ƒ๋‹ค (utda): tertawa
๋น„๋ฐ€ (pimil): rahasia
ํฌ๋‹ค (k’euda): besar
๊ฐ€์กฑ (kajok): saudara
๊ฑฐ๋Š๋ฆฌ (keoneuri): memimpin
[DONGENG] Why The Sea is Salty

Dongeng negara Korea ini di tulis lagi oleh Suzanne Crowder Han dalam bahasa Inggris. Ceritanya sebenarnya sederhana, hampir sama dengan dongeng yang ada di Indonesia. Selalu ada makna di balik sebuah cerita, begitu juga dengan dongeng ini.
Beratus-ratus tahun yang lalu tersebutlah seorang raja yang memiliki alat penggiling dari batu (sejenis ‘munthu’ dalam bahasa jawa) yang tidak biasa. Alat ini terlihat sama dengan penggiling lainnya, tetapi yang dimiliki sang raja memiliki tenaga khusus. Satu hal yang perlu dilakukan adalah mengatakan yang diinginkan lalu dimaukkan ke dalamnya, dan akan keluarlah barang yang diminta. Jika meminta emas, maka emaslah yang akan keluar. Jika meminta beras, maka beraslah yang akan keluar. Apapun permintaan yang diajukan, alat penggiling batu ini akan mengabulkannya.

Seorang pencuri yang hal tersebut berencana untuk mencuri alat penggiling ini. Berhari-hari ia memikirkan cara untuk mencuri tetapi ide tersebut tidak pernah muncul. Hingga suatu hari ia berpakaian seperti seorang pelajar dan mengunjungi pejabat lapangan yang memiliki akses masuk ke istana kerajaan. Mereka berbincang-bincang tentang banyak hal, hingga akhirnya si pencuri berkata, “Aku mendengar bahwa raja mengubur alat penggiling misterius di tanah sebab ia tidak memercayai mentri-mentrinya”
“Apa kau bilang? Raja tidak memercayai mentri-mentrinya? Darimana saudara mendengar hal tersebut?”
“Orang-orang pinggiran kota yang mengatakannya” jawabnya, ia senang telah berhasil mencuri perhatian. “Mereka berkata bahwa Raja menggali lubang yang dalam dan menguburnya sebab ia takut seseorang akan mengambilnya”
“Aku tak percaya!” ucap pejabat. “Alat penggiling raja itu berada di samping kolam lotus di istana paling dalam”
“Oh, benarkah begitu?” si pencuri berusaha mengontrol ketertarikannya
“Tidak ada siapapun yang berani untuk mencuri alat penggiling raja” Pejabat berkata berapi-api
“Siapa yang berani mencoba mengambil saat benda tersebut ada di sebelah kanan kolam lotus. Di sana selalu ada banyak orang berlalu-lalang” sambungnya
Indonesian translation:. http://haerajjang.wordpress.com
Pencuri sangat gembira, sebab ia hanya cukup menjawab “Ya” dan “Benar” hingga saatnya ia harus pergi

Selama beberapa hari pencuri itu mempelajari situasi. Dan pada suatu malam yang gelap, ia memanjat dinding istana dan mencuri alat penggiling yang berada di sebelah kanan kolam lotus. Ia sangat bangga dan percaya diri saat menuju jalan pulang lewat dinding. Tetapi di luar istana, ia harus mengatasi ketakutannya yang muncul. Jantungnya berdetak kencang ketika ia bertemu dengan seseorang di jalan. Ia kemudian memutuskan untuk mencuri kapal dan pergi ke tempat asalnya untuk bersembunyi karena ia tahu bahwa kasus pencurian pasti sudah diketahui. Setiap orang di kota dan di jalan akan diinterogasi.

Saat berada di laut, pencuri itu menyandarkan punggungnya berlawanan dengan haluan kapal dan tertawa. Ia kemudian bernyanyi dan menari sambil memikirkan betapa kayanya dia kelak. Ia juga memikirkan tentang permintaan yang akan diajukan dari alat penggiling itu. Ia tidak ingin meminta sesuatu yang umum dan mudah didapatkan.
“Garam! Garam!” tiba-tiba ia berteriak.
“Aku akan meminta garam! Setiap orang perlu garam. Aku dapat menjualnya dan menjadi orang kaya. Aku akan menjadi orang terkaya di negri ini”
Ia membungkuk dan mulai menggerakkan alat penggiling sambil mengucapkan permintaannya, “Garam! Garam! Buatlah garam!” Dan ia kembali bernyanyi dan menari akan menjadi orang kaya.
Penggiling itu terus berputar dan berputar. Garam keluar dan tertumpah di kapal kecil itu. Pencuri terus saja menari, menyanyi, juga tertawa, yang ia pikirkan adalah rumah besar yang akan ia miliki dan banyak pembantu yang akan melayaninya dengan makanan mewah.

Akhirnya kapal itu penuh dengan garam dan tenggelam di dasar laut. Sejak saat itu tidak ada seorangpun yang mengatakan pada alat penggiling untuk berhenti, alat itu terus menghasilkan garam, itulah sebabnya laut yang ada saat ini terasa asin.

Suzanne Crowder Han, 1991, Korean Folk & Fairy Tales
[DONGENG] ํ‰๊ฐ• ๊ณต์ฃผ ์™€ ๋ฐ”๋ณด ์˜จ๋‹ฌ (Putri Phyeongkang dan Si Bodoh Ondal)

์˜›๋‚  ๊ณ ๊ตฌ๋ ค์˜ ์ž„๊ธˆ๋‹˜์—๊ฒŒ๋Š” ์ž˜ ์šฐ๋Š” ๊ณต์ฃผ๋‹˜์ด ์žˆ์—ˆ์–ด์š”. ๊ทธ ๊ณต์ฃผ์˜ ์ด๋ฆ„์€ ํ‰๊ฐ•์ด๋ผ ํ–ˆ์ง€์š”. ์ž„๊ธˆ๋‹˜์€ ํ‰๊ฐ• ๊ณต์ฃผ๊ฐ€ ์šธ ๋•Œ๋งˆ๋‹ค, “๋ฐ”๋ณด ์˜จ๋‹ฌ์—๊ฒŒ ์‹œ์ง‘๋ณด๋‚ธ๋‹ค” ๋ผ๊ณ  ๋†€๋ ธ์–ด์š”.

๋ฐ”๋ณด ์˜จ๋‹ฌ์€ ๋Š™์€ ํ˜์–ด๋จธ๋‹ˆ์™€ ์‚ฌ๋Š” ์‹œ๋‚ด์˜ ์œ ๋ช…ํ•œ ๊ฑฐ์ง€์˜€์–ด์š”. ์˜จ๋‹ฌ์€ ์–ด๋จธ๋‹ˆ๋ฅผ ๋ถ€์–‘ํ•˜๊ณ  ๋ฐฅ์„ ๋นŒ์–ด๋จน๊ธฐ ์œ„ํ•ด์„œ ์‚ฌ๋žŒ๋“ค์ด ํ•˜๋ผ๋Š” ๋Œ€๋กœ ๋ฐ”๋ณด ์ง“์„ ํ•ด์„œ. ๋ฐ”๋ณด ๋ผ๊ณ  ๋ถˆ๋ ธ์–ด์š”. “์˜จ๋‹ฌ์•„, ๊ฐœ์ฒ˜๋Ÿผ ์ง–์–ด๋ด. ๊ทธ๋Ÿผ ๋ฐฅ ์ฃผ์ง€”. ์‚ฌ๋žŒ๋“ค์ด ๋งํ•˜๋ฉด ๊ทธ๋Œ€๋กœ ํ–ˆ์–ด์š”. ์˜จ๋‹ฌ์€ ๋ฐ”๋ณด์ฒ˜๋Ÿผ ์ฐฉํ•˜๊ณ  ์†ํ•ด์„œ ๋Š˜ ์›ƒ๊ณ  ๋‹ค๋…”์–ด์š”.

๊ณต์ฃผ๋‹˜์ด 16์‚ด์ด ๋˜์—ˆ์–ด์š”. ์ž„๊ธˆ๋‹˜์€ ๊ณต์ฃผ๋ฅผ ์˜† ๋‚˜๋ผ์˜ ์™•์ž์—๊ฒŒ ์‹œ์ง‘ ๋ณด๋‚ด๋ ค ํ–ˆ์–ด์š”. ๊ทธ๋Ÿฌ์ž ๊ณต์ฃผ๋‚จ์ด, “์•„๋ฒ„๋‹˜, ์ €๋ฅผ ๋ฐ”๋ณด ์˜จ๋‹ฌ์—๊ฒŒ ์‹œ์ง‘๋ณด๋‚ธ๋‹ค ํ•˜์…จ์œผ๋‹ˆ, ์˜จ๋‹ฌ์—๊ฒŒ ์‹œ์ง‘๊ฐ€๊ฒ ์–ด์š””. ์ž„๊ธˆ๋‹˜์€ ๊ทธ๊ฑด ๊ทธ๋ƒฅ ํ•˜๋Š” ์†Œ๋ฆฌ์˜€์œผ๋‹ˆ ์˜จ๋‹ฌ์€ ์žŠ์–ด๋ฒ„๋ฆฌ๊ณ  ์˜† ๋‚˜๋ผ์˜ ์™•์ž์—๊ฒŒ ์‹œ์ง‘๊ฐ€๋ผ ํ–ˆ์ง€์š”. ๊ทธ๋Ÿฌ๋‚˜ ๊ณต์ฃผ๋‹˜์€, “๊ทธ๋Ÿด ์ˆ˜๋Š” ์—†์Šต๋‹ˆ๋‹ค.” ํ•˜๋ฉด ๊ณ ์ง‘์„ ๊บพ์ง€ ์•Š์•˜์–ด์š”. ์ž„๊ธˆ๋‹˜์€ ๋งค์šฐ ํ™”๊ฐ€ ๋‚˜์„œ ๊ณต์ฃผ๋ฅผ ๊ตด๊ถ์—์„œ ๋‚ด์ซ“์•˜์ง€์š”.

๊ณต์ฃผ๋‹˜์€ ์ž์‹ ์ด ๊ฐ–๊ณ  ์žˆ๋˜ ๋ณด์„ ๋ช‡ ๊ฐ€์ง€, ๋น„๋‹จ ๋ช‡ ํ•„์„ ๊ฐ€์ง€๊ณ  ๋ฐ”๋ณด ์˜จ๋‹ฌ์„ ์ฐพ์•„๊ฐ”์–ด์š”. ๋ฐ”๋ณด ์˜จ๋‹ฌ๊ณผ ์–ด๋จธ๋‹ˆ๋Š” ๊ณต์ฃผ๋‹˜์ด ์˜ค์‹ ๊ฑธ ๊ณ ๋ง™๊ฒŒ ์—ฌ๊ฒผ์–ด์š”. ๊ณต์ฃผ๋‹˜์€ ๊ฐ–๊ณ  ์˜จ ์žฌ์‚ฐ์„ ํŒ”์•„์„œ ๋ฐ”๋ณด ์˜จ๋‹ฌ์„ ๊ต์œก์‹œํ‚ค๊ธฐ ์‹œ์ž‘ํ–ˆ์–ด์š”. ๊ณต์ฃผ๋‹˜์€ ์ž์‹ ์ด ์•„๋Š” ๊ฒƒ์„ ์˜จ๋‹ฌ์—๊ฒŒ ๋‹ค ๊ฐ€๋ฅด์ณ ์ฃผ์„ธ์š”.

์˜† ๋‚˜๋ผ์—์„œ ๊ณ ๊ตฌ๋ ค๋ฅผ ์ณ๋“ค์ด ์™”์„ ๋•Œ ์ด๋ฆ„์—†๋Š” ๋ฌด์‚ฌ๊ฐ€ ์ ๊ตฐ์„ ๋ฌผ๋ฆฌ์น˜๋Š” ๋ฐ ์•ž์žฅ์„ ์„ฐ์–ด์š”. ์ž„๊ธˆ๋‹˜์ด ๊ทธ ๋ฌด์‚ฌ๋ฅผ ์น˜ํ•˜ํ•˜๊ณ ์ž ๋ถˆ๋ €๋Š”๋ฐ, ๊ธ€์Ž„ ๊ทธ ๋ฌด์‚ฌ๊ฐ€ ๋ฐ”๋กœ ์˜จ๋‹ฌ์ด์—ˆ์–ด์š”. ์ž„๊ธˆ๋‹˜์€ ์˜จ๋‹ฌ์—๊ฒŒ ์žฅ๊ตฐ์˜ ๋†’์€ ๋ฒผ์Šฌ์„ ์ฃผ๊ณ , ํ‰๊ฐ• ๊ณต์ฃผ๋ฅผ ๋‹ค์‹œ ๊ถ๊ถ๋กœ ๋ถˆ๋ €๋Œ€์š”. ์˜จ๋‹ฌ์€ ์ดํ›„ ๋‚˜๋ผ์— ๊ณตํ—Œ์„ ํ•œ ์žฅ๊ตฐ์ด ๋˜์—ˆ๋‹ต๋‹ˆ๋‹ค.

์ฐธ๊ณ : ์ด ์ด์•ผ๊ธฐ๋Š” ์‹คํ™”๋ฅผ ๋ฐ”ํƒ•์œผ๋กœ ํ•œ ๊ฒƒ์ž…๋‹ˆ๋‹ค. ๊ณ ๊ตฌ๋ ค๋Š” ์•ฝ 700๋…„๊ฐ„ ์ง€์†๋œ ํ•œ๊ตญ์˜ ๊ณ ๋Œ€ ์™•์กฐ์˜ ํ•˜๋‚˜๋กœ์„œ, ํ‰๊ฐ• ๊ณต์ฃผ์™€ ์˜จ๋‹ฌ ์žฅ๊ตฐ์€ 7์„ธ๊ธฐ์˜ ์‹ค์ œ ์ธ๋ฌผ์ž…๋‹ˆ๋‹ค.
Pada dahulu kala di zaman kerajaan Koguryeo tersebutlah seorang putri yang sering menangis. Putri itu bernama Phyeongkang. Setiap kali Phyeongkang menangis, raja selalu bercanda dengan berkata, “Aku akan menikahkanmu dengan si bodoh Ondal”

Si bodoh Ondal adalah pengemis yang terkenal di kota tempat ia hidup dengan ibunya yang menjanda dan sudah tua. Ondal rela di sebut bodoh dan melakukan apa yang orang-orang inginkan demi mendapatkan makanan untuk menyokong hidup ibunya. Orang-orang akan memanggil dengan nama si bodoh “Ondara, menggonggong seperti anjing. Baiklah, berikan nasi”. Ia membiarkan jika orang-orang berkata seperti itu. Ondal adalah orang yang ramah meskipun seperti orang bodoh, dan meskipun terluka ia selalu tersenyum

Putri saat ini berusia 16 tahun. Raja akan menikahkan putri dengan pangeran dari negara tetangga. Tetapi putri berkata, “ Ayah, Kau berkata padaku akan menikahkan dengan si bodoh Ondal, Aku akan menikahi Ondal.” Raja berkata bahwa ia akan menikahkan putri dengan pangeran negara tetangga dan melupakan Ondal. Putri menjawab, “Tidak bisa begitu”. Raja tidak berubah pikiran tentang pernikahan itu. Ia sangat marah dan menendang putri keluar dari istana.

Putri membawa beberapa sutra dan perhiasan yang ia miliki lalu mencari si bodoh Ondal. Si bodoh Ondal dan ibunya menghormati sang putri dengan berterimakasih disertai rasa tidak percaya. Putri menjual semua barang yang ia miliki kemudian mulai mengajari si bodoh Ondal. Putri mengajari semua yang ia tahu kepada Ondal.

Saat negara tetangga menginvasi Koguryeo, pahlawan tanpa nama melawan dan menghadapi serangan musuh. Raja memuji pahlawan tersebut dan memanggilnya, akhirnya iapun tahu bahwa pahlawan itu adalah Ondal. Raja memberikan kekuasaan tertinggi kepada Ondal sebagai Jendral, serta memanggil putri Phyeongkang kembali ke istana. Pada akhirnya Ondal menjadi seorang jendral yang berkontribusi bagi negara.

Keterangan:Cerita ini dilatar belakangi dari cerita asli. Koguryeo adalah salah satu kerajaan Korea tertua yang bertahan sekitar 700 tahun, Putri Phyeongkang dan Jendral Ondal adalah tokoh nyata pada abad ke 7.

KOSAKATA

์˜›๋‚  (yetnal): dahulu kala
๊ณ ๊ตฌ๋ ค (koguryeo): nama salah satu kerajaan Korea
์ž„๊ธˆ (imkeum): raja
์šธ๋‹ค (ulda): menangis
๊ณต์ฃผ (gongju): putri
๊ทธ (keu): itu
์ด๋ฆ„ (ireum): nama
๋•Œ๋งˆ๋‹ค (ttaemada): setiap kali
๋ฐ”๋ณด (pabo): bodoh
์—๊ฒŒ (ege): kepada
์‹œ์ง‘๋ณด๋‚ธ๋‹ค (shijibbonaenda): menikahkan
๋†€๋ฆฌ๋‹ค (nollida): bermain, bercanda
๋Š™๋‹ค (neukta): bertambah usianya, menjadi tua
ํ˜์–ด๋จธ๋‹ˆ (heureomeoni): janda
์‚ด๋‹ค (salda): hidup
์‹œ๋‚ด (shinae): kota
์œ ๋ช… (yumyeong): terkenal
๊ฑฐ์ง€ (keoji): pengemis
์–ด๋จธ๋‹ˆ (eomeoni): ibu
๋ถ€์–‘ํ•˜๋‹ค (buyanghada):
๋ฐฅ (pap): nasi
๋นŒ์–ด (pireo): meminta, mengemis
๋จน๋‹ค (meokta): makan
์œ„ํ•ด์„œ (wihaeseo): demi
์‚ฌ๋žŒ๋“ค (saramdeul): orang-orang
๋ถ€๋ฅด๋‹ค (bureuda): memanggil, menyanyi
๊ฐœ (kae): anjing
์ฒ˜๋Ÿผ (cheoreom); seperti
์ง–๋‹ค (jitta): menyalak, menggonggong
๊ทธ๋Ÿผ (keureom): baiklah
์ฃผ๋‹ค (juda): memberi
๋งํ•˜๋‹ค (marhada): memberi
๋ฉด (myeon): jika
๊ทธ๋Œ€๋กœ (keudaero): seperti itu
์ฐฉํ•˜๋‹ค (chakhada): ramah, baik hati
์†ํ•ด (sonhae): rusak, luka
๋Š˜ (neul): selalu
์›ƒ๋‹ค (utda): tersenyum
๋‹ค๋‹ˆ๋‹ค (danida): disana-sini
์˜† (yeoph): di samping, sebelah
๋‚˜๋ผ (nara): negara
์™•์ž (wangja): pangeran
์•„๋ฒ„๋‹˜ (abeonim): ayah
์†Œ๋ฆฌ (sori): suara
์žŠ์–ด๋ฒ„๋ฆฌ๋‹ค (ijeobeorida): melupakan
๊ทธ๋Ÿฌ๋‚˜ (keureona): tetapi
๊บพ๋‹ค (kkeokkta): berubah
๋งค์šฐ (maeu): sangat
ํ™”๊ฐ€ (hwaga): marah
๊ตด๊ถ (kulkwol): istana
๋‚ด์ซ“๋‹ค (naetcheutta): mengeluarkan, memaksa keluar
์ž์‹  (jashin): sendirinya, percaya diri
๋ณด์„ (boseok): perhiasan
๋ช‡ (myeot): beberapa
๊ฐ€๋‹ค (kada): pergi
๋น„๋‹จ (bidan): sutra
๊ฐ€์ง€๋‹ค (kajida): memiliki
์ฐพ๋‹ค (chatta): menemukan, mencari
์˜ค์‹  (oshin): tidak percaya
๊ณ ๋ง™๋‹ค (gomapta): terima kasih
์—ฌ๊ธฐ๋‹ค (yeogida):hormat, nilai
์˜จ (on): semua
์žฌ์‚ฐ (jaesan): properti
ํŒ”๋‹ค (phalda): menjual
๊ต์œก (kyoyuk): intruksi, mendidik
์‹œ์ž‘ํ•˜๋‹ค (shijakhada): memulai
์•Œ๋‹ค (alda): tahu
๋‹ค (da): semua
๊ฐ€๋ฅด์น˜๋‹ค (kareuchida): mengajari
์ณ๋“ค์˜ค๋‹ค (chyeodeuroda): invasi
์ด๋ฆ„ (ireum): nama
๋ฌด์‚ฌ (musa): jendral, laksamana
์ ๊ตฐ (jeokkun): kekuatan musuh
๋ฌผ๋ฆฌ์น˜๋‹ค (mullichida): melawan
์•ž์žฅ (aphjang): menghadapi
์น˜ํ•˜ํ•˜๋‹ค (chihahada): memuji
๋ฐ”๋กœ (paro): secara langsung
์žฅ๊ตฐ (jangggun): jendral
๋†’ (noph): tinggi, naik
๋ฒผ์Šฌ (byeoseul): kekuasaan, pemerintahan
์ฃผ๋‹ค (juda): memberi
๋‹ค์‹œ (dashi): lagi
์ดํ›„ (ihu): setelah
์ฐธ๊ณ  (chamgo): referensi, keterangan
์ด์•ผ๊ธฐ (iyagi): cerita
์‹คํ™” (shilhwa): cerita asli
๋ฐ”ํƒ• (bat’ang): latar belakang
์•ฝ (yak): sekitar, obat
๋…„ (nyeon): tahun
์ง€์† (jisok):bertahan, berlanjut
๊ณ ๋Œ€ (godae): masa kuno
์™•์กฐ (wangjo): kerajaan
์„ธ๊ธฐ (segi): abad
์‹ค์ œ (shilje): nyata
์ธ๋ฌผ (inmul): tokoh, wajah, karakter
[DONGENG] Nolboo Hungboo A Korean Folktale

Dongeng ini diceritakan kembali oleh Eyoungsoo Park dalam bahasa inggris. Saya hanya memfasilitasi untuk mengalih bahasakan ke Bahasa Indonesia

Bertahun-tahun yang lalu hiduplah dua orang bersaudara. Nolboo adalah saudara yang tertua namun tidak ada seorangpun yang menyukainya. Berbanding terbalik dengan Hungboo, saudara yang muda. Ia sangatlah ramah, sopan, dan lembut sehingga semua orang juga ayahnya yang duda sayang kepadanya. Setiap orangtua pasti berharap memiliki anak seperti Hungboo dan tidak ada yang meragukan bahwa Tuhan akan memberkatinya.

Suatu hari sang ayah memanggil kedua anaknya ke sisi tempat tidurnya dan mengatakan permintaan terakhir sebelum meninggal. Ayahnya meminta agar mereka berdua selalu bersama dan saling membantu. Hungboo sangat sedih dan berduka kehilangan ayahnya, sedangkan kakaknya terlihat bahagia. Dalam adat bangsa Korea, sangatlah umum anak tertua mendapatkan semua harta warisan. Nolboo sebagai saudara tertua dapat melakukan apa saja terhadap tanah warisan ayahnya. Tiba-tiba ia menyuruh adik berserta keluarganya keluar dari rumah. Hungboo tidak memiliki uang bahkan untuk menyewa kamarpun tak bisa. Tetapi ia harus keluar ke jalanan bersama istri dan anaknya. Ia berlutut di tanah dan memohon pada kakaknya untuk mengizinkannya tinggal hingga ia menemukan tempat yang sesuai. Namun sang kakak tidak mendengarkan.

Hungboo dan keluarganya mengemasi barang dan terpaksa tidur di luar hingga akhirnya mereka menemukan tempat kosong di balik bukit dan membangun sebuah gubuk kecil. Semua anggota keluarga bekerja keras di ladang milik orang lain, tetapi upah yang didapatkan tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. Mereka harus berpuasa. Anak-anak menjadi sangat lapar dan menangis meminta makan. Hungboo tidak tahan melihat keluarganya menderita. Ia pun pergi ke rumah kakaknya,
“Mengapa kamu datang lagi?” tanya sang kakak
“Anak-anakku lapar dan menangis. Aku tidak bisa melihat mereka seperti itu. Oleh karena itu aku datang untuk meminjam beras darimu. Tolong bantu aku!” mohon Hungboo
“Siapa suruh memiliki banyak anak? Aku tidak ingin memberimu biji apapun. Bahkan biji-bijianku rusak dan membusuk di lumbung.” Nolboo menolak lagi
Hungboo melihat istri kakaknya menyiapkan makan malam di meja makan. Ia meminta pada kakak iparnya membagi nasi utnuk anak-anaknya yang kelaparan. Setelah mengomel dan menunjukkan kemarahannya, kakak ipar Hungboo memukul dengan sendok kayu di pipi kiri Hungboo. Hungboo merasakan beberapa nasi masuk ke pipinya. Ia kemudian berkata
“Tolong pukul aku di sebelah kanan sekali lagi”
Kakak iparnya membersihkan sendok kayu dengan celemek kemudian memukul Hungboo lagi. Hungboo kembali ke rumah dengan tangan kosong.

Musim dingin yang panjang berakhir, berganti dengan musim semi. Sepasang burung layang-layang membuat sarang di bawah atap gubuk Hungboo. Seluruh anggota keluarga berbahagia sebab merasa kedatangan tamu. Merekapun membuat tamunya tersebut merasa nyaman. Tak lama kemudian mereka memiliki lima anak burung layang-layang yang tumbuh kuat setiap hari. Satu persatu anak-anak burung itu terjatuh dari sarang dan jatuh ke tanah dengan kaki patah. Hungboo memberikan obat, membalut kaki yang terluka serta mengembalikannya ke sarang. Semua anak-anak burung itu tumbuh menjadi burung layang-layang besar dan terbang ke selatan ketika musim dingin datang.

Keluarga Hungboo tidak memiliki cukup persediaan makanan, bahkan tidak ada pakaian untuk menghangatkan tubuh. Tetapi musim dingin sudah berakhir dan sekali lagi musim semi datang. Kemudian datanglah sepasang burung layang-layang lain yang menempati sarang burung yang lama di bawah atap gubuk. Keluarga sekali lagi gembira memiliki tamu. Pada hari pertama salah satu burung menjatuhkan sesuatu di depan Hungboo. Itu adalah biji labu. Hungboo menanam dan menyirami setiap hari. Di penghujung musim panas tumbuhan merambat tersebut menghasilkan banyak labu yang masak.

Suatu hari Hungboo memutuskan untuk mengambil satu labu dan membukanya. Setiap anak memiliki permintaan. “Aku berharap ada emas di dalamnya.” “Aku harap ada beras.” Ketika labu di buka, keluarlah koin emas dan perak. Saat mereka membuka labu ke dua, keluarlah beras. Mereka kemudian membuka labu terakhir, keluarlah sekelompok perkerja lengkap dengan peralatannya.
“Tuhan mengirim kami untuk membangun rumahmu” salah seorang pria berucap
Para pekerja tidak menyia-nyiakan waktu sedetikpun. Kastil megah berdiri di balik bukit. Saat kastil tersebut selesai di bangun, para pekerja menghilang dalam sekejap. Hungboo dan keluarganya kini memiliki uang dan makanan untuk hidup bahagia selamanya.

Tidak butuh waktu lama bagi kakak Hungboo untuk belajar dari kekayaan yang diperoleh adiknya, Nolboo mendatangi rumah Hungboo.
“Semua uang ini pasti hasil mencuri” tuduhnya
Hungboo cepat-cepat bercerita bagaimana ia mendapatkan uang, lalu Nolboo pulang ke rumah. Sepasang burung layang-layang di bawah atap rumah besarnya beranak. Ia mengambil satu anak burung, mematahkan kakinya, kemudian memberi obat, membalut, dan mengembalikan ke sarang. Semua anak burung tumbuh besar dan semua terbang ke selatan hingga musim dingin tiba. Seperti yang diperkirakan, sepasang burung layang-layang kembali dan menjatuhkan biji labu di depan Nolboo. Ia menanam, menyiraminya dengan harapan bisa mendapatkan kekayaan seperti adiknya. Tumbuhlah tiga buah labu yang masak. Nolboo memanggil semua anggota keluarganya dan mengumumkan bahwa ia akan membuka labu dengan pengharapan yang besar. Nolboo berharap mendapatkan emas dan perak. Istrinya memohon beras. Anaknya mengharapkan kastil yang lebih besar dari milik pamannya. Nolboo membuka labu pertama dan keluarlah kotoran manusia yang berbau. Ia harus mengangkat labu itu dan membuangnya keluar.
“Ini busuk. Yang ini kelihatannya bagus.”
Ia membuka yang kedua, dan keluarkah ular beracun yang tak terhitung jumlahnya. Mereka membuka labu terakhir dengan harapan impian mereka terkabul. Kali ini keluarlah penyihir dan hantu yang tak terhingga untuk melawan Nolboo. Nolboo tidak juga sadar dengan ketamakannya. Ia kembali mengambil labu terakhir dan keluarlah air yang membanjiri dan menyapu semua isi rumah. Nolboo dan keluarganya tidak memiliki apapun. Ia kemudian menuju rumah adiknya.
“Adikku, tolong maafkan aku. Mulai sekarang aku akan menjadi orang baik”
Nolboo memohon dengan meneteskan air mata. Hungboo membantu kakaknya bangun dari tanah dan menyuruh masuk keluarganya.
“Tak ada yang perlu kau risaukan kakakku. Kami punya banyak sekali kamar dan beras untuk keluarga kita”
Nolboo dan keluarganya pada akhirnya berubah sikapnya dan kedua keluarga tersebut hidup bahagia selamanya.

[DONGENG] Jiknyeo~Kyeonwu (๊ฒฌ์šฐ์ง๋…€์„คํ™”) with Indonesian translation

Cerita ini merupakan cerita rakyat Korea yang menngisahkan asal muasal perayaan festival Chilseok yang jatuh setiap tanggal 7 bulan 7 kalender lunar. Chilseok sendiri diambil dari sebuah festival China, Qi Xu. Menurut Wikipedia nih, cerita antara kedua festival ini tidak jauh berbeda (simak ulasannya di SERBA-SERBI).

Untuk cerita Koreanya sendiri ditulis kembali oleh Song Myeong Ho pada tahun 1994. Let’s check this out!

์˜›๋‚ , ํ•˜๋Š˜ ๋‚˜๋ผ์— ์ง๋…€๋ผ๋Š” ํ•˜๋Š˜ ๋‚˜๋ผ ์ž„๊ธˆ๋‹˜์˜ ๋”ธ์ด ์žˆ์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ์ง๋…€๋Š” ๋งˆ์Œ์”จ๊ฐ€ ๋น„๋‹จ๊ฒฐ๊ฐ™์„ ๋ฟ ์•„๋‹ˆ๋ผ ์–ผ๊ตด๋„ ์•„์ฃผ ์˜ˆ์˜๊ฒŒ ์ƒ๊ฒผ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. “์ฐฐ๊ทธ๋ฝ, ์ฐฐ๊ทธ๋ฝ” ์ง๋…€์˜ ๋ฒ  ์งœ๋Š” ์†œ์”จ๋Š” ๋”ฐ๋ฅผ ์‚ฌ๋žŒ์ด ์—†์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ํ•ด๊ฐ€ ์ง€๋Š” ์ค„๋„ ๋ชจ๋ฅด๊ณ  ๋‚ ๋งˆ๋‹ค ์—ด์‹ฌํžˆ ๋ฒ ๋ฅผ ์งฐ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๋„ˆ๋ฌด ๋ฒ ๋ฅผ ์ž˜ ์‹ธ์„œ ์‚ฌ๋žŒ๋“ค์€ ์ง๋…€๋ผ๊ณ  ๋ถˆ๋ €์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๋˜ํ•œ ๋ฒ ๋งŒ ์ž˜ ์งœ๋Š” ๊ฒƒ์ด ์•„๋‹ˆ๊ณ , ์Œ์‹ ์†œ์”จ๋„ ๋›ฐ์–ด๋‚˜ ํ•˜๋Š˜ ๋‚˜๋ผ ๊ถ๊ถ์—์„œ ๋ณด์„์ฒ˜๋Ÿผ ๋น›๋‚˜๋Š” ๊ณต์ฃผ๋‹˜์ด์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ์–ด๋Š ๋ด„๋‚ ์ด์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

๊ทธ๋‚ ๋„ ๋ฒ ๋ฅผ ์งœ๋˜ ์ง๋…€๋Š” ํ–ฅ๊ธฐ๋กœ์šด ๋ด„๋น› ํ–ฅ๋‚ด์— ์ทจํ•˜์—ฌ ๋ฒ ํ‹€์—์„œ ์ผ์–ด์„ฐ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

“์ฐธ ์ข‹์€ ๋‚ ์”จ๋กœ๊ตฌ๋‚˜. ๋‚˜์™€ ํ•จ๊ป˜ ๋‚˜๋“ค์ด๋ฅผ ํ•˜์ง€ ์•Š๊ฒ ๋Š๋ƒ?” “์˜ˆ, ๊ณต์ฃผ๋‹˜.” ์ง๋…€๋Š” ์„ ๋…€๋“ค๊ณผ ๊ถ๊ถ ๋ฐ–์œผ๋กœ ๋‚˜์™”์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ์–ด๋””์„ ๊ฐ€ ๋ด„๋น› ํ–ฅ๊ธฐ๊ฐ€ ์ฝ”๋ฅผ ์ฐŒ๋ฅด๊ณ  ์ƒˆ๋“ค์€ ์•„๋ฆ„๋‹ต๊ฒŒ ์ง€์ €๊ท€๊ณ  ์žˆ์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๋„“์€ ๋“คํŒ์— ์ด๋ฅด๋ €์„ ๋•Œ, ์†Œ๋ฅผ ๋ชฐ๊ณ  ๋‚˜์˜จ ํ•œ ์ฒญ๋…„๊ณผ ๋งˆ์ฃผ์ณค์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๋ชธ์ง‘์ด ๋‹น๋‹นํ•˜๊ณ , ์•„์ฃผ ์ž˜์ƒ๊ธด ์ Š์€์ด์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ‘์ €ํ† ๋ก ๋ฉ‹์ง„ ๋‚จ์ž๋Š” ์ฒ˜์Œ ๋ณด์•˜๋‹ค. ๋„๋Œ€์ฒด ์–ด๋”” ์‚ฌ๋Š” ๋ˆ„๊ตฌ์ผ๊นŒ?’ ์ง๋…€๋Š” ์ด๋ ‡๊ฒŒ ๊ฐํƒ„ํ•˜๋ฉฐ ๊ฐ€๋˜ ๊ธธ์„ ๋ฉˆ์ถ”๊ณ  ์ Š์€์ด๋ฅผ ๋ฐ”๋ผ๋ณด์•˜์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

๊ทธ ์ Š์€์ด๋Š” ๋ฐ”๋กœ ๊ฒฌ์šฐ์˜€์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๊ฒฌ์šฐ๋ž€ ์ด๋ฆ„์€ ์†Œ๋ฅผ ๋ชจ๋Š” ์‚ฌ๋žŒ์ด๋ž€ ๋œป์ž…๋‹ˆ๋‹ค.

๊ฒฌ์šฐ๋„ ๋˜ํ•œ ์ง๋…€์˜ ์•„๋ฆ„๋‹ค์šด ๋ชจ์Šต์„ ๋ณด๊ณ  ๊ฐ€์Šด์ด ๋‘๊ทผ๊ฑฐ๋ ธ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๋‘ ์ Š์€์ด๋Š” ์„œ๋กœ ํ•œ๋ˆˆ์— ๋ฐ˜ํ•ด์„œ ์‚ฌ๋ž‘ํ•˜๋Š” ์‚ฌ์ด๊ฐ€ ๋˜์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๊ทธ ๋’ค, ๊ฒฌ์šฐ์™€ ์ง๋…€๋Š” ๋‚จ๋ชฐ๋ž˜ ๋งŒ๋‚˜์„œ ์ด์•ผ๊ธฐ์˜ ๊ฝƒ์„ ํ”ผ์šฐ๋ฉฐ ์‹œ๊ฐ„ ๊ฐ€๋Š” ์ค„์„ ๋ชฐ๋ž์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๋“œ๋””์–ด ๊ฒฐํ˜ผ๊นŒ์ง€ ์•ฝ์†ํ•˜๊ฒŒ ๋˜์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ์ด ์†Œ๋ฌธ์ด ํ•˜๋Š˜ ๋‚˜๋ผ ์ž„๊ธˆ๋‹˜์˜ ๊ท€์—๊นŒ์ง€ ๋“ค์–ด๊ฐ€๊ฒŒ ๋˜์ž, ์ž„๊ธˆ๋‹˜์€ ํŽ„์ฉ ๋›ฐ๋ฉฐ ๋ฒ„๋Ÿญ ํ™”๋ฅผ ๋ƒˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

“๋ญ๋ผ๊ตฌ, ํ•˜๋Š˜ ๋‚˜๋ผ ๊ณต์ฃผ๊ฐ€ ์†Œ๋ชฐ์ด์™€ ๊ฒฐํ˜ผ์„ ํ•ด! ํ•˜ํ•„์ด๋ฉด ์ฒœํ•œ ์‚ฌ๋‚ด์™€ ๊ทธ๋Ÿฐ ์•ฝ์†์„ ํ•˜๋‹ค๋‹ˆ, ์•ˆ ๋œ๋‹ค.” ์ง๋…€๋Š” ๋ฌด๋ฆŽ์„ ๊ฟ‡๊ณ  ์•‰์•„ ๋ˆˆ๋ฌผ๋งŒ ํ•˜์—ผ์—†์ด ํ˜๋ฆฌ๊ณ  ์žˆ์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

“๋„ˆ๋Š” ์ด ๋‚˜๋ผ์˜ ๊ท€ํ•œ ๊ณต์ฃผ๋ž€ ๊ฒƒ์„ ์žŠ์–ด์„œ๋Š” ์•ˆ ๋œ๋‹ค. ๋งŒ์ผ ๋๋‚ด ๋‚ด ๋ง์„ ๊ฑฐ์—ญํ•˜๋ ค๋ฉด ์ฐจ๋ผ๋ฆฌ ์ด ๊ถ๊ถ์„ ๋– ๋‚˜๊ฑฐ๋ผ. ๊ผด๋„ ๋ณด๊ธฐ ์‹ซ๋‹ค.” ํ•˜๊ณ  ์ž„๊ธˆ๋‹˜์€ ํ•œ๋ฐ”ํƒ• ํ˜ธํ†ต์„ ์ณค์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

๊ทธ ๋’ค, ์ž„๊ธˆ๋‹˜์€ ์ง๋…€๋ฅผ ๋ถˆ๋Ÿฌ ์—ฌ๋Ÿฌ ๋ฒˆ ํƒ€์ผ๋ €์ง€๋งŒ ์†Œ์šฉ์ด ์—†์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๋‚ ์ด ๊ฐˆ์ˆ˜๋ก ์ง๋…€์˜ ๊ฐ€์Šด์—๋Š” ๊ฒฌ์šฐ์˜ ์ƒ๊ฐ์œผ๋กœ ๊ฝ‰ ์ฐจ ์žˆ์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๋ฒ  ์งœ๋Š” ์ผ๋„ ๊ทธ๋งŒ๋‘๊ณ  ํ•˜๋ฃจ์ข…์ผ ๋ฐฉ์•ˆ์—๋งŒ ํ‹€์–ด๋ฐ•ํ˜€ ์žˆ์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๊ทธ๋Ÿฌ์ž ํ•˜๋Š˜ ๋‚˜๋ผ ๊ถ๊ถ ์•ˆ์€ ๋จน๊ตฌ๋ฆ„์ด ๋‚€ ๋“ฏ ์šฐ์šธํ•œ ๋‚˜๋‚ ์ด ๊ณ„์†๋˜์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. “์—ฌ๋ด๋ผ. ๋‹น์žฅ ๊ฒฌ์šฐ๋ฅผ ์žก์•„์˜ค๋„ˆ๋ผ. ์ง์ ‘ ๋งŒ๋‚˜์„œ ๋‹ดํŒ์„ ์ง€์œผ๋ฆฌ๋ผ.”

์–ผ๋งˆ ๋’ค์— ์‹ ํ•˜๋“ค์€ ๊ฒฌ์šฐ๋ฅผ ์ž„๊ธˆ๋‹˜ ์•ž์— ๊ฟ‡์–ด ์•‰ํ˜”์Šต๋‹ˆ๋‹ค. “๋„ˆ์ฒ˜๋Ÿผ ์ฒœํ•œ ๋ชธ์ด ์–ด๋–ป๊ฒŒ ๊ณต์ฃผ๋ฅผ ์‚ฌ๋ž‘ํ•˜๋Š๋ƒ? ๋งˆ์Œ์„ ๋ฐ”๊พธ๋„๋ก ํ•˜์—ฌ๋ผ!” ์ž„๊ธˆ๋‹˜์€ ๋งค์šฐ ๋…ธํ•œ ๋ชฉ์†Œ๋ฆฌ๋กœ ๋‹ค๊ทธ์ณค์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๊ทธ๋Ÿฌ๋‚˜ ๊ฒฌ์šฐ๋Š” ๋œจ๊ฑฐ์šด ๋ˆˆ๋ฌผ๋งŒ ํ˜๋ฆด ๋ฟ ์ž…์„ ์—ด์ง€ ์•Š์•˜์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

“์—์ž‡! ๊ณ ์–€์ง€๊ณ …….” ํ™”๊ฐ€ ๋‚œ ์ž„๊ธˆ๋‹˜์€ ๋Œ€๋œธ ์ด๋ ‡๊ฒŒ ๋ช…๋ น์„ ๋‚ด๋ ธ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

“์—ฌ๋ด๋ผ, ๊ฒฌ์šฐ์™€ ์ง๋…€๋ฅผ ๋ฉ€๋ฆฌ ๊ท€์–‘์„ ๋ณด๋‚ด์–ด๋ผ. ๊ฒฌ์šฐ๋Š” ๋™์ชฝ์œผ๋กœ 9๋งŒ๋ฆฌ, ์ง๋…€๋Š” ์„œ์ชฝ์œผ๋กœ 9๋งŒ๋ฆฌ ๋–จ์–ด์ง„ ๊ณณ์œผ๋กœ ๊ฐ๊ฐ ๋– ๋‚˜๊ฒŒ ํ•˜๋ผ!” ์ž„๊ธˆ๋‹˜์€ ๋‘ ์‚ฌ๋žŒ์ด ์˜์›ํžˆ ๋งŒ๋‚  ์ˆ˜ ์—†๊ฒŒ ํ•  ์†์…ˆ์ด์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

์ด์œฝ๊ณ  ๋งˆ์ง€๋ง‰ ์ด๋ณ„์„ ํ•˜๋Š” ๋‚ ์ด ๋˜์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๊ฒฌ์šฐ๋Š” ๋ˆˆ๋ฌผ์„ ๊ธ€์ฝ๊ฑฐ๋ฆฌ๋ฉฐ ์ง๋…€์˜ ์†์„ ์žก๊ณ  ๋งน์„ธ๋ฅผ ํ–ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. “์ง๋…€! ์šฐ๋ฆฌ๊ฐ€ ๋‹ค์‹œ ๋ชป ๋งŒ๋‚˜๊ฒŒ ๋˜์–ด๋„ ์ง๋…€์— ๋Œ€ํ•œ ๋‚˜์˜ ์‚ฌ๋ž‘์€ ๋ณ€ํ•จ์ด ์—†์„ ๊ฒƒ์ด์˜ค.” “์ €๋„์š”.” ์ง๋…€๋„ ํ๋Š๊ปด ์šธ๋ฉฐ ๋Œ€๋‹ตํ–ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

๊ฒฌ์šฐ๋Š” ์†Œ๋ฅผ ๋ชฐ๊ณ  ์„œ์ชฝ์„ ํ–ฅํ•ด 9๋งŒ ๋ฆฌ ๊ธธ์„ ๋– ๋‚ฌ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ์ง๋…€๋„ ์ •๋“  ํ•˜๋Š˜ ๋‚˜๋ผ ๊ถ๊ถ์„ ๋– ๋‚˜ ์™ธ๋กœ์šด ๋ฐœ๊ฑธ์Œ์„ ๋–ผ์–ด ๋†“์•˜์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ์ ์  ๋ฉ€์–ด์ ธ ๊ฐ€๋Š” ๋‘ ์‚ฌ๋žŒ์˜ ๊ฐ€์Šด์€ ์ฐข์–ด์งˆ ๋‘ฃ์ด ์•„ํŒ ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๊ทธ๋ฆฌํ•˜์—ฌ ๋‘ ์‚ฌ๋žŒ์€ ์€ํ•˜์ˆ˜๋ผ๋Š” ๊นŠ๊ณ  ๊นŠ์€ ๊ฐ•์„ ์‚ฌ์ด์— ๋‘๊ณ  ๋–จ์–ด์ ธ ์‚ด๊ฒŒ ๋˜์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

์–ด๋Š ๋‚  ๊ฒฌ์šฐ๋Š” ๊ฐ•๊ฐ€์— ๋‚˜์™€ ์‚ฌ๋ž‘ํ•˜๋Š” ์ง๋…€์˜ ์ด๋ฆ„์„ ๋ชฉ์ด ํ„ฐ์ ธ๋ผ๊ณ  ๋ถˆ๋ €์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

“์ง๋…€…….” ๊ฒฌ์šฐ์˜ ์• ํƒ€๋Š” ๋ชฉ์†Œ๋ฆฌ๋Š” ๊ฐ• ๊ฑด๋„ˆ ์ง๋…€์˜ ๊ท€์—๊นŒ์ง€ ๊ฐ€๋Š˜๊ฒŒ ๋“ค๋ ค์™”์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

“์•„! ๊ฒฌ์šฐ๋‹˜์ด๋‹ค.” ์ง๋…€๋Š” ๋ฏธ์นœ ๋“ฏ์ด ๊ฐ•๊ฐ€๋กœ ๋‹ฌ๋ ค๊ฐ”์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

๋„ˆ๋ฌด ๋ฉ€์–ด์„œ ๊ฒฌ์šฐ์˜ ๋ชจ์Šต์€ ๋ณด์ด์ง€ ์•Š์•˜์ง€๋งŒ, ๊ฒฌ์šฐ๊ฐ€ ์ง๋…€๋ฅผ ๋ถ€๋ฅด๋Š” ์†Œ๋ฆฌ๋Š” ๊ณ„์† ์ด์–ด์กŒ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

“๊ฒฌ์šฐ๋‹˜…….” ์ง๋…€๋„ ๋ชฉ์ด ํ„ฐ์ ธ๋ผ ๊ฒฌ์šฐ๋ฅผ ๋ถ€๋ฅด๋‹ค ๊ทธ๋งŒ ์šธ์Œ์„ ํ„ฐ๋œจ๋ ธ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

์ด๋‚ ์ด 7์›” 7์ผ, ๊ทธ๋Ÿฌ๋‹ˆ๊นŒ ์น ์›” ์น ์„๋‚  ๋ฐค์ด์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๋‚ ์ด ์ƒˆ๋ฉด ๋˜ ๊ฐ๊ธฐ ๋™์ชฝ๊ณผ ์„œ์ชฝ์œผ๋กœ ํ—ค์–ด์ ธ์•ผ ํ•˜๋Š” ์Šฌํ”ˆ ์šด๋ช…์ด์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

ํ•ด๋งˆ๋‹ค, ์ด๋•Œ ํ˜๋ฆฐ ๊ฒฌ์šฐ์™€ ์ง๋…€์˜ ๋ˆˆ๋ฌผ์€ ์—„์ฒญ๋‚˜๊ฒŒ ๋งŽ์•„ ๋•… ๋‚˜๋ผ์—์„œ๋Š” ํ™์ˆ˜๊ฐ€ ๋‚ฌ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

๊ทธ๋Ÿฌ๋ฉด ์ง‘๊ณผ ๊ณก์‹๋“ค์ด ๋– ๋‚ด๋ ค๊ฐ€๊ณ  ๋™๋ฌผ๋“ค๋„ ๋จน์ด๊ฐ€ ์—†์–ด์„œ ๊ตถ์–ด ์ฃฝ์–ด ๊ฐ”์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

ํ•˜๋ฃจ๋Š” ์˜จ ๋™๋ฌผ๋“ค์ด ๋ชจ์—ฌ ํšŒ์˜๋ฅผ ์—ด์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

“ํ•ด๋งˆ๋‹ค ํ™์ˆ˜๋ฅผ ๊ฒช์œผ๋‹ˆ ๊ดด๋กœ์›Œ์„œ ๋ชป์‚ด๊ฒ ์†Œ. ๋ฌด์Šจ ๋Œ€์ฑ…์„ ์„ธ์›์‹œ๋‹ค.” “๊ฒฌ์šฐ๋‹˜๊ณผ ์ง๋…€๋‹˜์„ ๋งŒ๋‚˜๋„๋ก ํ•ด ์ค์‹œ๋‹ค. ๊ทธ๋Ÿฌ๋ฉด ๋ฌธ์ œ๊ฐ€ ํ•ด๊ฒฐ๋  ๊ฒƒ์ด์˜ค.” ์ด ๋•Œ, ๊นŒ์น˜๊ฐ€ ๋‚ ๊ฐœ๋ฅผ ํผ๋“๊ฑฐ๋ฆฌ๋ฉฐ ์˜๊ฒฌ์„ ๋‚ด๋†“์•˜์Šต๋‹ˆ๋‹ค. “์ด๋ ‡๊ฒŒ ํ•˜๋ฉด ์–ด๋–จ๊นŒ์š”? ์šฐ๋ฆฌ ๊นŒ์น˜์™€ ๊นŒ๋งˆ๊ท€๊ฐ€ ๋‚ ๊ฐฏ์ง“์„ ํ•˜๋ฉฐ ์ค„์ง€์–ด ์žˆ๋Š” ๋™์•ˆ, ๊ฒฌ์šฐ๋‹˜๊ณผ ์ง๋…€๋‹˜์ด ์šฐ๋ฆฌ๋“ค ๋จธ๋ฆฌ ์œ„๋ฅผ ๊ฑธ์–ด๊ฐ€๊ฒŒ ํ•ด์„œ ๋งŒ๋‚˜๊ฒŒ ํ•ฉ์‹œ๋‹ค.”

“ํ›Œ๋ฅญํ•œ ์ƒ๊ฐ์ด์˜ค!” ๋ชจ๋“  ๋™๋ฌผ๋“ค์€ ๋Œ€์ฐฌ์„ฑ์„ ํ•˜์˜€์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ์ด์œฝ๊ณ  ์น ์„๋‚ ์ด ๋‹ค๊ฐ€์™”์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

๋•… ๋‚˜๋ผ์˜ ๊นŒ์น˜์™€ ๊นŒ๋งˆ๊ท€๋“ค์ด ์€ํ•˜์ˆ˜ ๊ฐ•๊ฐ€๋กœ ๋‚ ์•„๋“ค์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ์„œ๋กœ ๋‚ ๊ฐœ๋ฅผ ๋งž๋Œ€์–ด ๊ธธ๊ณ  ํŠผํŠผํ•œ ๋‹ค๋ฆฌ๋ฅผ ๋งŒ๋“ค์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ์ผ ๋…„ ๋™์•ˆ ์• ํƒ€๊ฒŒ ๊ทธ๋ฆฌ์›Œํ•˜๋˜ ๊ฒฌ์šฐ์™€ ์ง๋…€๋Š” ๊นŒ์น˜์™€ ๊นŒ๋งˆ๊ท€๊ฐ€ ๋งŒ๋“ค์–ด ๋†“์€ ๋‹ค๋ฆฌ๋ฅผ ๊ฑด๋„ˆ ์–ผ์‹ธ์•ˆ์•˜์Šต๋‹ˆ๋‹ค. “์ง๋…€!” “๊ฒฌ์šฐ๋‹˜!” ๋‘ ์‚ฌ๋žŒ์˜ ๋ˆˆ์— ๊ธฐ์จ์˜ ๋ˆˆ๋ฌผ์ด ๋งบํ˜€ ๋ฐ˜์ง์˜€์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๊ทธ ๋™์•ˆ ๋ฐ€๋ฆฐ ์ด์•ผ๊ธฐ๋ฅผ ๋‚˜๋ˆ„๋ฉฐ ์‹œ๊ฐ„์ด ๊ฐ€๋Š” ์ค„์„ ๋ชฐ๋ž์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

๋จผ๋™์ด ๋– ์˜ค๋ฅด๊ธฐ ์‹œ์ž‘ํ–ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๋‘ ์‚ฌ๋žŒ์€ ๊ณง ํ—ค์–ด์ ธ์•ผ ํ–ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. “์ง๋…€. ์ผ ๋…„์ด ์ง€๋‚˜์•ผ ๋˜ ๋งŒ๋‚˜๊ฒ ๊ตฌ๋ ค. ์ด๋Œ€๋กœ ํ•จ๊ป˜ ์‚ด ์ˆ˜ ์žˆ๋‹ค๋ฉด ์–ผ๋งˆ๋‚˜ ์ข‹๊ฒ ์†Œ.” “๊ฒฌ์šฐ๋‹˜, ๊นŒ์น˜์™€ ๊นŒ๋งˆ๊ท€๋“ค์˜ ๋„์›€์œผ๋กœ ํ•ด๋งˆ๋‹ค ํ•œ ๋ฒˆ์”ฉ ๋งŒ๋‚˜๋Š” ๊ฒƒ๋„ ๋‹คํ–‰ํ•œ ์ผ์ด์–ด์š”.” “๊ทธ๋ ‡์†Œ.” ๊ฒฌ์šฐ์™€ ์ง๋…€๋Š” ๊นŒ์น˜์™€ ๊นŒ๋งˆ๊ท€๋“ค์—๊ฒŒ ๊ณ ๋ง™๋‹ค๋Š” ์ธ์‚ฌ๋ฅผ ๊ฑฐ๋“ญํ•˜์˜€์Šต๋‹ˆ๋‹ค. “์ž, ๋ถ€๋”” ๋ชธ์กฐ์‹ฌํ•˜์‹œ์˜ค.” “๊ทธ๋Ÿผ, ์•ˆ๋…•ํžˆ ๊ฐ€์…”์š”.” ๊ฒฌ์šฐ์™€ ์ง๋…€๋Š” ์•„์‰ฌ์šด ๋“ฏ ์ด๋ณ„์„ ํ•˜์˜€์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ์„œ๋กœ ๋“ฑ์„ ๋Œ๋ฆฌ๊ณ  ๋ฌด๊ฑฐ์šด ๋ฐœ๊ฑธ์Œ์„ ์˜ฎ๊ฒผ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ๋‘ ์‚ฌ๋žŒ์€ ์ž๊พธ ๋’ค๋ฅผ ๋Œ์•„๋ณด๋ฉฐ ๋ˆˆ๋ฌผ์„ ํ˜๋ ธ์Šต๋‹ˆ๋‹ค.

์ด๋Ÿฐ ์ผ์ด ์žˆ์€ ๋’ค๋ถ€ํ„ฐ, ์น ์„๋‚ ์—๋Š” ํ™์ˆ˜๊ฐ€ ๋‚˜์ง€ ์•Š๊ณ  ์ด์Šฌ๋น„๊ฐ€ ๋ถ€์Šฌ๋ถ€์Šฌ ๋‚ด๋ฆฌ๊ฒŒ ๋˜์—ˆ์Šต๋‹ˆ๋‹ค. ํ•ด๋งˆ๋‹ค ์น ์„๋‚ ์ด ์ง€๋‚˜๋ฉด ๊นŒ์น˜์™€ ๊นŒ๋งˆ๊ท€๋“ค์˜ ๋จธ๋ฆฌํ„ธ์ด ๋น ์ง€๊ณค ํ•ฉ๋‹ˆ๋‹ค. ์ด๊ฒƒ์€ ๊ฒฌ์šฐ์™€ ์ง๋…€๊ฐ€ ๋จธ๋ฆฌ๋ฅผ ๋ฐŸ๊ณ  ์ง€๋‚˜๊ฐ”๊ธฐ ๋•Œ๋ฌธ์ด๋ผ๊ณ  ์ „ํ•ด์ง€๊ณ  ์žˆ๋‹ต๋‹ˆ๋‹ค.[์ถœ์ฒ˜ : ์žฌ๋ฏธ์žˆ๋Š” ๊ณ ์ „์—ฌํ–‰ ไธญ(๊ฒฌ์šฐ์™€ ์ง๋…€ - ๊ธฐํš์ถœํŒ ๋‚จ๊ด‘ - ์†ก๋ช…ํ˜ธ – 1994)]
Pada zaman dahulu kala, tersebutlah seorang anak perempuan dari negara langit yang bernama Jiknyeo. Jiknyeo tidak hanya memiliki sifat yang selembut sutra tetapi juga memiliki paras yang cantik. “chalkeurak chalkeurak” suara alat penenun Jiknyeo bekerja. Jiknyeo menenun setiap hari dengan bersemangat. Hasil tenunannya sangat bagus, begitulah menurut orang-orang. Disamping menenun, Jiknyeo memiliki kemampuan memasak, ia juga terkenal sebagai putri istana negara langit yang bersinar seperti berlian. Suatu hari di musim semi…..

“Cuaca yang bagus. Alangkah baiknya jika pergi keluar bersamaku?”
“Ya, Putri”
Dayang-dayang dan tuan Putri pergi keluar istana. Dimana-mana keharuman sinar musim semi menusuk hidung dan burung-burung membicarakan keindahannya. Saat tiba di sebuah lapangan yang luas, mereka bertemu seorang pemuda yang sedang menggembala sapi. Pemuda itu sangat tampan dan bertubuh bagus.
“Aku pertama kali melihat seorang pria tampan. Siapa dan dimana dia tinggal?” Jiknyeo ingin tahu
Ia menghentikan langkahnya dan memperhatikan pemuda itu.

Pemuda itu bernama Kyeonwu. Nama Kyeonwu bermakna orang yang menggembala sapi

Disaat yang sama Kyeonwu juga melihat wajah cantik Jiknyeo dan dadanya berdebar-debar. Dua anak muda itu saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Selanjutnya Jiknyeo dan Kyeonwu bertemu diam-diam dan ceritapun berkembang seperti bunga yang bermekaran. Tanpa terasa waktu berlalu, akhirnya tersiarlah isu pertunangan hingga pernikahan. Rumor inipun terdengar di telinga oleh raja negara langit. Raja terkejut dan tiba-tiba mengadakan pertemuan.

“Apa ini, seorang putri negara langit menikah dengan penggembala sapi! Apa arti semua ini, pertunangan itu….suami, tidak boleh terjadi”
Jiknyeo berlutut dan duduk dengan pandangan kosong, air matanya mengalir

“Kau tidak boleh lupa bahwa kau adalah putri terhormat negara ini. Ini harus berakhir, jika kau tidak patuh pada ucapanku lebih baik tinggalkan istana ini. Dan aku tidak sudi melihatmu lagi” hardik sang raja

Raja kemudian memanggil Jiknyeo dan memperingatkannya beberapa kali, tetapi tetap tak ada gunanya. Semakin hari hati Jiknyeo penuh dengan pikiran tentang Kyeonwu. Ia berhenti menenun dan sepanjang hari hanya mengurung diri di kamar. Hari-hari di dalam istana negara langit menjadi seperti tertutup awan hitam dan suram.

“Cepatlah bawa Kyeonwu. Aku ingin bertemu dan bicara secara langsung” ujar sang raja

Beberapa saat Kyeonwu sudah bersimpuh di hadapan raja.
“Bagaimana putri bisa mencintai seseorang sepertimu? Rubahlah perasaanmu!” Raja memaksa dengan ucapan yang menyatakan kemarahannya. Tetapi Kyeonwu hanya meneteskan air mata dan tidak berani angkat bicara.

“Ya!!! kurang ajar….. ” Raja marah dan mendadak menjatuhkan perintah

“Pengawal, bawa Jiknyeo dan Kyeonwu ke pengasingan yang jauh. Tinggalkan masing-masing di tempat terpisah, Jiknyeo 90.000 mil ke barat dan Kyeonwu 90.000 mil ke timur.” Raja bermaksud untuk tidak mempertemukan kedua anak itu selamanya.

Tibalah hari perpisahan itu. Kyeonwu bercucuran air mata dan bersumpah untuk menggenggam tangan Jiknyeo.
“Jiknyeo! Meskipun kita tidak dapat bertemu lagi, cintaku padamu tidak akan berubah”
“Aku juga” Jiknyeo menjawab seraya menangis tersedu-sedu

Kyeonwu menaiki sapinya dan berjalan menuju 90.000 mil ke timur. Jiknyeo melangkah sendirian meninggalkan pintu gerbang istana negara langit. Sedikit demi sedikit hati kedua orang yang terpisah itu merasakan luka yang menyakitkan. Kedua orang hidup terpisah dengan adanya sungai yang dalam dan semakin dalam, yang disebut dengan galaksi bima sakti.

Suatu hari, Kyeonwu berada di tepi sungai memanggil dan meneriakkan nama Jiknyeo yang ia cintai.

“Jiknyeo…..” Suara Kyeeonwu yang bergetar terdengar lemah hingga ke telinga Jiknyeo yang berada di sisi lain sungai
“A! Kyeonwu” Jiknyeo berlari ke tepi sungai dengan perasaan meluap-luap
Oleh karena terlalu jauh, Jiknyeo tidak dapat melihat tubuh Kyeonwu tetapi Kyewonwu terus saja memanggil Jiknyeo
“Kyeonwu….” Jiknyeopun berhenti memanggil Kyeonwu dan pecahlah tangisnya

Hari ini tanggal 7 bulan 7, merupakan malam dari hari Chilseok yang jatuh di bulan 7. Hari dimana takdir sedih memisahkan masing-masing di barat dan timur.

Setiap tahun, pada hari ini air mata Kyeonwu dan Jiknyeo membanjiri negara bumi secara luar biasa. Banjir menghanyutkan rumah dan berbagai biji-bijian, hewan-hewan mati kelaparan karena tidak dapat makan. Hari itu semua hewan berkumpul dan mengadakan sebuah pertemuan.

“Banjir setiap tahun membuat kita tidak dapat hidup karena mengalami kesusahan. Apa rencana kita?“
“Kita sebaiknya menemukan cara untuk mempertemukan Kyeonwu nim dan Jiknyeo nim. Ini adalah solusi dari permasalahan tersebut ”
Burung murai mengepakkan sayap dan mengeluarkan pendapat
“Kalau begitu apa yang akan kita lakukan? Kita bersama burung gagak mengepakkan sayap dan selama waktu itu, Kyeonwu nim dan Jiknyeo nim berjalan di atas kepala kita sehingga bisa bertemu.”

“Pemikiran yang bagus sekali!”
Semua hewan menyetujuianya. Beberapa hari mendekati hari Chilseok

Burung murai bersama dengan burung gagak negara bumi terbang menuju tepi sungai galaksi. Mereka menyatukan sayap satu sama lain dan membuat anggota tubuh yang kokoh sebagai jalan. Selama tahun pertama Jiknyeo dan Kyeonwu yang membayangkan dengan sangat khawatir membuat burung murai dan burung gagak berpegangan erat satu sama lain.
“Jiknyeo!”
“Kyeonwu!”
Dalam kedua mata kedua orang itu terpancar air mata kebahagiaan. Waktu semakin berlalu, dan mereka harus menahan untuk saling bertemu.

Fajar mulai menyingsing. Kedua orang yang berpisah itu tiba-tiba…
“Jiknyeo. Setahun berlalu kemudian kita bertemu. Alangkah bahagianya jika kita dapat hidup bersama seperti ini”.
“Kyeonwu, berkat pertolongan burung murai dan burung gagak, kita dapat bertemu tiap sekali dalam setahun, setiap tahun”
“Benar”
Kyeonwu dan Jiknyeo berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada burung gagak dan burung murai.
“Ayo, tolong jaga kesehatanmu baik-baik”
“Baiklah, selamat tinggal”
Kyeonwu dan Jiknyeo melalui perpisahan tanpa rasa tenang. Mereka saling membelakangi dan melangkahkan kaki dengan berat. Kedua orang itu melihat ke belakang dan meneteskan air mata.

Sejak hari itu, tidak ada banjir di hari Chilseok dan hanya hujan rintik-rintik. Setiap tahun saat hari Chilseok rambut burung gagak dan murai berjatuhan. Menurut cerita ini dikarenakan Jiknyeo dan Kyeonwu yang sedang melangkah di kepala burung gagak dan burung murai. (tulisan asli: ์žฌ๋ฏธ์žˆ๋Š” ๊ณ ์ „์—ฌํ–‰ Jaemiitneun gojeonyeohaeng (Perjalanan klasik yang menarik) Kyeonwu dan Jiknyeo – terbitan NamGwang – Song Myeong Ho – 1994)

KOSAKATA

์˜›๋‚  (yetnal): dahulu kala
ํ•˜๋Š˜ (haneul): langit
๋‚˜๋ผ (nara): negara
์ž„๊ธˆ๋‹˜ (imkeumnim): raja
๋”ธ (ttal): anak perempuan
์žˆ๋‹ค (itta): ada, memilikia
๋งˆ์Œ์”จ (maeumssi): kebaikan, hati, sifat
๋น„๋‹จ๊ฒฐ (pidankyeol): seperti sutera
๊ฐ™ (kat’): seperti
๋ฟ (ppun): hanya
์•„๋‹ˆ๋‹ค (anida): tidak
์–ผ๊ตด (eolgul): wajah, penampilan
๋„ (do): juga, bahkan, meskipun
์•„์ฃผ (aju): sangat
์˜ˆ์˜๋‹ค (yeppeuda): cantik
์ƒ๊ธฐ๋‹ค (saenggida): terjadi
์ฐฐ๊ทธ๋ฝ, ์ฐฐ๊ทธ๋ฝ (chalkeurak chalkeurak): suara mesin, lonceng, alat
๋ฒ ๋‹ค (peda): memotong
์งœ๋‹ค (tchada): menenun
์†œ์”จ (somssi): keahlian
๋”ฐ๋‹ค (ttada): membuka, menyobek
์‚ฌ๋žŒ (saram): orang
๋ชจ๋ฅด๋‹ค (moreuda): tidak tahu
๋‚  (nal): hari
๋งˆ๋‹ค (mada): setiap
์—ด์‹ฌํžˆ (yeolshimhi): bersemangat
๋„ˆ๋ฌด (neomu): sangat
์‹ธ๋‹ค (ssada): murah
๋˜ํ•œ (ttohan): disamping itu, di saat yang sama, juga
์ž˜ (jal): baik
์Œ์‹ (eumshik): makanan
๋›ฐ์–ด๋‹ค (ttwieoda): melompat
๊ถ๊ถ (kungkwil): istana
๋ณด์„ (poseok): berlian
์ฒ˜๋Ÿผ (cheoreom): seperti
์–ด๋Š (eoneu): suatu
๋ด„ (pom): musim semi
์ฐธ (cham): benar-benar
์ข‹๋‹ค (johta): bagus
๋‚ ์”จ (nalssi): cuaca
์™€ (wa); dengan
ํ•จ๊ป˜ (hamkke): bersama
๋‚˜๋“ค๋‹ค (nadeulda): keluar-masuk
์˜ˆ (ye): ya
๊ณต์ฃผ๋‹˜ (gongjunim): putri
์„ ๋…€ (seonnyeo): peri, nimfa
๋ฐ– (pakk): keluar
๋‚˜์˜ค๋‹ค (naoda): keluar
๋น› (pit): cahaya, sinar
ํ–ฅ๊ธฐ (hyanggi): aroma, harum
์ฝ” (k’o): hidung
์ฐŒ๋ฅด๋‹ค (tchireuda): menusuk, menyocok
์ƒˆ (sae): burung
์•„๋ฆ„๋‹ต๋‹ค (areumdapta): indah, cantik
์ง€์ €๊ท€๋‹ค (jijeogwida): membicarakan, mengoceh
๋„“๋‹ค (neopta): luas
๋“คํŒ (deulphan): lapangan
์ด๋ฅด๋‹ค (ireuda): tiba
์†Œ (so): sapi
๋ชฐ๋‹ค (molda): menggembala
ํ•œ (han): satu
์ฒญ๋…„ (cheongnyeon): anak muda
๋งˆ์ฃผ์น˜๋‹ค (majuchida): berpas-pas an, bertemu
๋ชธ์ง‘ (momjib): tubuh, badan
๋‹น๋‹นํ•˜๋‹ค (dangdanghada): cantik, cukup, wajar
์•„์ฃผ (aju): sangat
๋ฉ‹์ง€๋‹ค (meotjida): keren, tampan
๋‚จ์ž (namja): pria
์ฒ˜์Œ (cheoeum): pertama
๋ณด๋‹ค (boda): melihat
๋„๋Œ€์ฒด (dodaeche): di dunia, neraka
์–ด๋”” (eodi): dimana
์‚ด๋‹ค (salda): hidup
์ด๋ ‡๊ฒŒ (ireohke): seperti ini
๊ฐํƒ„ (kamt’an): heran, takjub, ingin tahu
๊ธธ (gil): jalan
๋ฉˆ์ถ”๋‹ค (meomchuda): berhenti
๋ฐ”๋ผ๋ณด๋‹ค (paraboda): memandang
์ด๋ฆ„ (ireum): nama
๋œป (tteut): arti, makna
๋ชจ์Šต (moseub): wajah, penampilan
๊ฐ€์Šด (kaseum): dada
๋‘๊ทผ๊ฑฐ๋ฆฌ๋‹ค (dugeungeorida): berdebar
๋‘ (du): dua
์„œ๋กœ (seoro): saling
ํ•œ (han): satu
๋ˆˆ (nun): mata
๋ฐ˜ํ•˜๋‹ค (panhada): jatuh cinta
์‚ฌ๋ž‘ํ•˜๋‹ค (saranghada): mencintai
์‚ฌ์ด (sai): antara
๋ชฐ๋ž˜ (mollae): rahasia
๋งŒ๋‚˜๋‹ค (mannada): bertemu
์ด์•ผ๊ธฐ (iyagi): cerita
๊ฝƒ (kkot): bunga
ํ”ผ์šฐ๋‹ค (phiuda): mekar
์‹œ๊ฐ„ (shigan): waktu
๋ชจ๋ฅด๋‹ค (moreuda): tidak tahu
๋“œ๋””์–ด (deudieo): akhirnya
๊ฒฐํ˜ผ (kyeorhon): menikah
๊นŒ์ง€ (kkaji): hingga
์•ฝ์†ํ•˜๋‹ค (yaksokhada): janji, pertunangan
์†Œ๋ฌธ (somun): gosip, rumor
๊ท€ (gwi): telinga
๋“ฃ๋‹ค (deutta): terdengar
ํŽ„์ฉ ๋›ฐ๋‹ค (pheoltcheok ttwida): terlompat
๋ฒ„๋Ÿญ (peoreok): tiba-tiba
ํ™” (hoe): pertemuan
ํ•˜ํ•„์ด๋ฉด (haphirimyeon): dari semua ini
์ฒœํ•œ (cheonhan): arti
์‚ฌ๋‚ด (sanae): suami
๋ฌด๋ฆŽ (mureuph): lutut
๊ฟ‡๋‹ค (kkeutta): berlutut
์•‰๋‹ค (anta): duduk
๋ˆˆ๋ฌผ (nunmul): air mata
ํ•˜์—ผ์—†๋‹ค (hayeomeopta): kosong, hampa
ํ๋ฅด๋‹ค (heureuda): mengalir
๊ท€ํ•˜๋‹ค (gwihada): dihormati, disayangi
์žŠ๋‹ค (itta): lupa
๋งŒ์ผ (manil): seharusnya, jika
๋๋‚ด๋‹ค (kkeut’nada): berakhir
๋ง (mal): kata
๊ฑฐ์—ญํ•˜๋‹ค (keoyeokhada): tidak patuh, tidak taat
์ฐจ๋ผ๋ฆฌ (charari): lebih baik
๋– ๋‚˜๊ฐ€๋‹ค (tteonagada): meninggalkan
๊ผด (kkol): bentuk, penampilan
์‹ซ๋‹ค (shilta): tidak suka, tidak mau
ํ•œ๋ฐ”ํƒ• (hanbat’ang): lingkaran, alami,
ํ˜ธํ†ต์„ ์น˜๋‹ค (hot’ungeul chida): menghardik, berteriak, menangis
๋ถ€๋ฅด๋‹ค (bureuda): memanggil, menyanyi
์—ฌ๋Ÿฌ (yeoreo): beberapa
๋ฒˆ (beon): kali
ํƒ€์ด๋ฅด๋‹ค (t’aireuda): memperingatkan, menasehati
์†Œ์šฉ์ด ์—†๋‹ค (soyongi eopta): tidak berguna, tidak bernilai
๋‚  (nal): hari
์ˆ˜๋ก (surok): semakin
์ƒ๊ฐ (saenggak): pikiran
๊ฝ‰ (kkwak): dengan ketat, cepat
์ฐจ๋‹ค (chada): penuh
๊ทธ๋งŒ (keuman): berhenti
ํ•˜๋ฃจ์ข…์ผ (harujongil): sepanjang hari
๋ฐฉ (pang): kamar
์•ˆ์— (ane): di dalam
๋งŒ (man): hanya
ํ‹€์–ด๋ฐ•ํžˆ๋‹ค (t’eureopkhida): terisolasi, tetap di dalam kamar
๋จน๊ตฌ๋ฆ„ (meokgureum): awan gelap
๋ผ๋‹ค (kkida): smokey
์šฐ์šธํ•˜๋‹ค (uulhada): suram
๋‚˜๋‚  (nanal): hari hari
๊ณ„์† (kyeoseok): terus
์—ฌ๋ด๋ผ (yeobwara): aku bilang
๋‹น์žฅ (dangjang): segera
์žก๋‹ค (jabta): pegang, genggam, tangkap
์ง์ ‘ (jinjeob): secara langsung
๋‹ดํŒ (damphan): negosiasi
์ง€์œผ๋ฆฌ๋ผ (jieurira): membangun
์–ผ๋งˆ (eolma): berapa
์‹ ํ•˜ (shinhan): subjek, pelayan
์•ž์— (aphe): di depan
์ฒ˜๋Ÿผ (cheoreom): seperti
์–ด๋–ป๊ฒŒ (ireohke); seperti ini
๋ฐ”๊พธ๋‹ค (pakkuda): berubah
๋งค์šฐ (maeu): sangat
๋…ธํ•œ (nohan): marah
๋ชฉ์†Œ๋ฆฌ (moksori): suara
๋กœ (ro): dengan, melalui
๋‹ค๊ทธ์ฐจ๋‹ค (dakeuchida): memaksa, mendorong
๊ทธ๋Ÿฌ๋‚˜ (keureona): tetapi
๋œจ๊ฒ๋‹ค (tteugeopta): membakar, panas
์ž… (ip): mulut
์—ด๋‹ค (yeolda): menutup
์—์ž‡ (eit): damn,
๊ณ ์–€ (goyan): bangsat, bedebah
ํ™”๊ฐ€ (hwaga): marah
๋Œ€๋œธ (daetteum): tiba-tiba
๋ช…๋ น (myeongryeong): perintah
๋‚ด๋ฆฌ๋‹ค (naerida): jatuh
๋ฉ€๋ฆฌ (meolli): jauh
๊ท€์–‘ (gwiyang): pengasingan
๋ณด๋‚ด๋‹ค (bonaeda): mengirim, membiarkan
๋™์ชฝ (dongtchok): timur
์œผ๋กœ (euro): ke
๋งŒ (man): hanya, 10.000
๋ฆฌ (ri): mil
์„œ์ชฝ (seotchok): barat
๋–จ์–ด์ง€๋‹ค (tteoreojida): pisah
๊ณณ (got): tempat
๊ฐ๊ฐ (gakgak): secara individu, masing-masing,
์˜์›ํžˆ (yeongwonhi): selamanya
์†์…ˆ (soksem): maksud tersembunyi, pikiran tersembunyi
์ด์œฝ๊ณ  (ieukgo): beberapa saat
๋งˆ์ง€๋ง‰ (majimak): terakhir
์ด๋ณ„ (ibyeol): perpisahan
๊ธ€์ฝ๊ฑฐ๋ฆฌ๋‹ค (keulsseonggeorida): terisi
์† (son); tangan
์žก๋‹ค (japta): genggam, pegang
๋งน์„ธ (maengse): sumpah, janji
๋Œ€ํ•œ (daehan): untuk, demi
๋ณ€ํ•จ (byeonham): berubah
ํ๋Š๋ผ๋‹ค (heuneukkida): tersedu, sedu sedan
๋Œ€๋‹ตํ•˜๋‹ค (daedaphada): menjawab
ํ–ฅํ•ด (hyanghae): menuju
์ •๋“  (jeongdeun): gerbang depan
์™ธ๋กญ๋‹ค (oeropta): sendiri
๋ฐœ๊ฑธ์Œ (palgeoreum): selangkah
๋–ผ์–ด๋†“๋‹ค (tteeonotta):berpisah
์ ์  (jeomjeom): sedikit demi sedikit
๋ฉ€์–ด์ง€๋‹ค (meoreojida): terasurut, terasing, terpisah,
์ฐข๋‹ค (tchitta): rusak, robek
์•„ํ”„๋‹ค (apheuda): sakit
์€ํ•˜์ˆ˜ (eunhasu): galaksi bima sakti
๊นŠ (kiph): dalam
๊ฐ• (kang): sungai
๋‘๋‹ค (duda): bertempat, meletakkaan
๊ฐ•๊ฐ€์— (kangkae): di tepi sungai
๋ชฉ (mok): leher
ํ„ฐ์ง€๋‹ค (t’ejida): meletus, meledak
์• ํƒ€ (aet’a): cemas, gelisah
๋ชฉ์†Œ๋ฆฌ (moksori): suara
๊ฑด๋„ˆ (keonneo): sisi lain
๊ฐ€๋Š˜ (kaneul): tipis, lemah
๋ฏธ์น˜๋‹ค (michida): gila
๋‹ฌ๋ฆฌ๋‹ค (tallida): lari
๊ณ„์† (kyesok): terus
๋ชฉ์ด ํ„ฐ์ง€๋‹ค (mogi t’ejida):
๊ทธ๋งŒ (keuman): berhenti
์šธ์Œ (ureum): ratap, tangis
ํ„ฐ๋œจ๋ฆฌ๋‹ค (t’eotteurida): meledak, pecah, patah
์›” (wol): bulan
์ผ (il): hari
์น ์›” (chilwol):bulan juli
์น ์„ (chilseok): festival bulan Juli
๋ฐค (pam): malam
์Šฌํ”„๋‹ค (seulpheuda): sedih
์šด๋ช… (unmyeong): takdir
ํ•ด (hae): tahun
๋งˆ๋‹ค (mada): setiap hari
์—„์ฒญ (eomcheong): luar biasa
๋•… (ttang): bumi
ํ™์ˆ˜๋‹ค (homsuda): banjir
์ง‘ (jib): rumah
๊ณก์‹ (kokshik): biji, sereal
๋– ๋‚ด๋ฆฌ๋‹ค (ttenaerida): hanyut
๋™๋ฌผ (dongmul): hewan
๋จน๋‹ค (meokta): makan
๊ตถ๋‹ค (kumta): lapar
์ฃฝ๋‹ค (jukta): mati
์˜จ (on): semua, seluruh
๋ชจ์ด๋‹ค (moida): bersama
ํšŒ์˜ (hoeeui): pertemuan
์—ด๋‹ค (yeolda): membuka
๊ฒช๋‹ค (kkyeokkta): menderita
๊ดด๋กญ๋‹ค (gwiropta): kesusahan
๋Œ€์ฑ…์„ ์„ธ์›์‹œ๋‹ค (daechaegeul seupshida): rencana perhitungan
์ค (jop): menemukan
๊ทธ๋Ÿฌ๋ฉด (keureomyeon): karenanya
๋ฌธ์ œ (munje): masalah
ํ•ด๊ฒฐ๋‹ค (haegyeolda): solusi
๊นŒ์น˜ (kkachi): burung murai, poksay, kacer, magpie
๋‚ ๊ฐœ (nalgae): sayap
ํผ๋“๊ฑฐ๋ฆฌ๋‹ค (pheodeukgeorida)
์˜๊ฒฌ (euigyeol): ide
๊นŒ๋งˆ๊ท€ (kkamagwi): burung gagak
๋™์•ˆ (dongan); selama
๋จธ๋ฆฌ (meori): kepala, rambut
์œ„ (wi): atas
๊ฑธ์–ด๊ฐ€๋‹ค (georeogada): berjalan
ํ›Œ๋ฅญํ•˜๋‹ค (hullyunghada): baik, bagus
๋ชจ๋“  (modeun): semua
๋Œ€์ฐฌ์„ฑ (daechanseong): menyerahkan semuanya
๋‹ค๊ฐ€์˜ค๋‹ค (tagaoda): mendekati
๋งž๋Œ€๋‹ค (matdaeda):kontak, bersatu
ํŠผํŠผํ•˜๋‹ค (t’eunt’eunhada): kokoh, kuat
๋…„ (nyeon): tahun
๋‹ค๋ฆฌ (dari): anggota tubuh
๊ทธ๋ฆฝ๋‹ค (geuripta): membayangkan
์–ผ์‹ธ์•ˆ๋‹ค (eolssaanta): berpelukan
๊ธฐ์จ (kippeum): senang
๋งบํžˆ๋‹ค (maethida): terpaut
๋ฐ˜์ง (pantchak): kerlip
๋ฐ€๋ฆฌ๋‹ค (millida): tertunda
์ด์•ผ๊ธฐ (iyagi): cerita
๋‚˜๋ˆ„๋‹ค (nanuda): berbagi
๋จผ๋™ (meondong): subuh, fajar
๋– ์˜ค๋ฅด๋‹ค (tteooreuda): muncul, naik
์‹œ์ž‘ํ•˜๋‹ค (shijakhada); mulai
๊ณง (kot): seketika
์ด๋Œ€๋กœ (idaero): seperti ini
๋„์›€ (doum): pertolongan, bantuan
ํ•œ๋ฒˆ (hanbeon): sekali
์”ฉ (sshik): setiap
๋‹คํ–‰ํ•˜๋‹ค (dahaenghada): beruntung
์ผ๋‹ค (ilda): pekerjaan
๊ณ ๋ง™๋‹ค (gomapta): terima kasih
์ธ์‚ฌ (insa): ucapan
๊ฑฐ๋“ญํ•˜๋‹ค (keodeuphada): berkali-kali
๋ถ€๋”” (budi): memohon
์กฐ์‹ฌํ•˜๋‹ค (joshimhada): memohon
๊ทธ๋Ÿผ (keureom): baiklah
์•ˆ๋…•ํžˆ ๊ฐ€์…”์š” (annyeonghi kasyeoyo): selamat tinggal
์•„์‰ฝ๋‹ค (aswipta): kehilangan, tidak nyaman
๋“ฑ (deung): punggung
๋Œ๋ฆฌ๋‹ค (tollida): berbalik
๋ฌด๊ฒ๋‹ค (mugeopta): berat
์˜ฎ๋‹ค(omta): bergerak
๋ถ€ํ„ฐ (but’eo): mulai
์ด์Šฌ๋น„ (iseulbi): gerimis
๋ถ€์Šฌ๋ถ€์Šฌ ๋‚ด๋ฆฌ๋‹ค (buseulbuseul naerida): hujan rintik-rintik, gerimis
๋จธ๋ฆฌํ„ธ (meorit’eol): rambut
์žฌ๋ฏธ์žˆ๋‹ค (jaemiitda): menarik
๊ณ ์ „ (gojeon): klasik
์—ฌํ–‰ (yeohaeng): perjalanan

[DONGENG] Putri Berhidung Panjang

Pada zaman dahulu, di alam seberang bintang-bintang hiduplah seorang wanita tua dan ketiga putranya. Mereka tidak kaya juga tidak miskin, mereka hidup berkecukupan. Wanita tua itu tahu bahwa hidupnya di bumi tinggal sebentar, kemudian ia memanggil ketiga anaknya.
“Sebentar lagi aku akan meninggalkan dunia ini, namun sebelumnya aku akan memberikan warisan keluarga kepada kalian”
Ketiga putranya melihat sang ibu mengeluarkan sebuah buntalan dari sutra. Didalamnya terbungkus batu bening, seruling bambu, dan baju yang telah compang camping. Anak yang tertua berteriak,
“Inikah yang namanya warisan keluarga? Ini tidak ada nilainya, hanya benda biasa!”
Anak kedua berkata, “Ibu, ini tak berharga tapi sampah”
Namun anak ketiga tetap diam, ia sangat ingin mendengarkan ucapan ibunya.
“Sssh, anak-anak. Benda ini memang terlihat hanya seperti benda biasa, bahkan sampah. Tetapi ada nilai berharga yang tak kasat oleh mata”

Ibu menggelindingkan batu bening itu ke lantai, dan muncul koin emas mengikuti di belakang batu itu. Ibu kemudian memainkan seruling bambu, dan muncul barisan tentara yang siap melaksanakan perintah. Kemudian ia mengenakan pakaian bekas itu dan menghilang. Pakaian itu membuatnya tidak terlihat. Ketiga anaknya takjub dan mereka mendengar suaranya di udara
“Warisan ini berharga dan kalian tidak boleh mengatakan kegunaannya pada siapapun sebab akan membuat banyak orang di dunia ini iri. Kecemburuan ada;ah bibit dari ketamakan dan ketamakan akan merampasmu dari warisanmu

Wanita tua itu memberikan batu kepada anak tertuanya, seruling pada anak keduanya, dan pakaian bekas kepada anak bungsunya. Tak lama kemudian wanita itu menutup mata untuk terakhir kalinya. Ketiganya berduka namun ibunya telah memberikan hadiah terakhirnya.

Tidak butuh waktu lama, anak pertamanya menyombongkan hadiahnya. Berita itupun terdengar hingga ke telinga putri yang sombong. Ia meminta kepada pemuda itu untuk menunjukkan batu ajaibnya. Di istana ia menunjukkan kepada putri benda berharga tersebut. Sebarisan koin emas mengikuti batu itu setiap kali ia menggelindingkannya. Dan ketika batu itu menggelinding untuk ketujuh kalinya, putri melompat dan menangkapnya. Putri menjebloskan pemuda itu ke ruang tahanan.

Sama seperti kakaknya, anak kedua mulai menyombongkan hadiah terbesarnya. Berita itu juga terdengar oleh putri yang sombong dan ia melakukan hal yang sama. Anak kedua ini juga menunjukkan seruling ajaibnya. Ia berkata,
“Saat aku meletakkan seruling ini di bibirku, sebaris pasukan akan muncul dan mengikuti perintahku”
“Oooh!” pekik sang putri
“Sangat mengagumkan! Bagaimana jika aku mencobanya?” sambung putri lagi
Tanpa berpikir panjang, anak kedua memberikan seruling ajaib itu. Dan ketika putri meniup seruling, pasukan itu muncul. Putri langsung memberi perintah
“Bawa orang bodoh ini ke penjara!” Putri berteriak dan pasukan membawa pemuda itu ke ruang tahanan
Hari demi hari berlalu, dan anak bungsu mulai merasa keheranan dengan apa yang terjadi pada kedua kakaknya. Ia memutuskan pergi ke istana dan mencari tahu. Ia mengenakan pakaian ajaib dan tanpa terlihat ia masuk ke istana. Ia melihat putri memainkan batu dan menghitung koin emas. Di sampingnya terletak sebuah seruling.

Dengan hati-hati ia mengetuk meja dan mencolek kaki putri.
Putri berteriak, “Pengawal, pengawal! Ada penyusup di kamarku!”
Ketika pengawal mencari, pemuda itu keluar menuju taman istana. Di sana ia melihat pohon apel yang merah dan buah-buahan berwarna kuning. Karena lapar, ia melompat dan mengambil sebuah apel merah. Ia mulai memakan apael dan hal aneh mulai terjadi. Hidungnya tumbuh dan tumbuh hingga sepanjang lengan.

Karena panik, ia mengambil apel kuning dan memakannya sedikit. Makin lama hidungnya menyusut kembali saat ia memakannya sedikit demi sedikit. Menyadari hal ini, ia mulai menyusun rencana untuk menolong kakak-kakaknya melarikan diri.

Begitu mengetahui putri ini sangat tamak, ia muncul di istana dengan sekeranjang apel merah.
“Apel! Apel! Apel merah segar! Siapa yang ingin beli apel merah segar?”
Putri melihat ke jendela dan berkata
“Aku ingin apel! Pengawal, rampas apel-apel itu!”
Para pengawal membawakan apel itu kepada sang putri dan dengan tamaknya ia memakannya dua sekaligus. Hal mengerikan pun terjadi, hidung sang putri tumbuh panjang hingga sepanjang pegangan sapu. Si anak bungsu kemudian memakai baju ajaib dan masuk ke istana. Ia menemukan batu dan seruling ajaib lalu mengambilnya. Kemudian ia mencari ruang tahanan dan menemukan kedua kakaknya. Dia membuka sel dengan kunci setelah mencurinya dari pengawal yang tertidur. Pengawal akhirnya menyadari apa yang terjadi. Mereka mengejar ketiga bersaudara tersebut. Saat mencapai gerbang istana, anak bungsu meniupkan seruling dan pasukan muncul. Pasukan itu melindungi dan membantu ketiga bersaudara itu melarikan diri.
Sejak saat itulah ketiganya berbagi warisan keluarganya dan tidak pernah mengatakannya kepada siapapun.

Dongeng Korea ini diceritakan kembali oleh Dianne de Las Casas dengan judul asli “A Long Nosed Princess, Korean Folktale”

[Kids Story] ์„ธ์ƒ์—์„œ ๊ฐ€์žฅ ํฐ ์•„์ด (The Biggest Boy) ~ with Indonesian translation
์–˜๊ฐ€ ๋นŒ๋ฆฌ์•ผ.
๋นŒ๋ฆฌ๋Š” ์ด์ œ ๋‹ค ์ปธ์ง€.
๋ฐฅ๋„ ํ˜ผ์ž์„œ ๋จน์„ ์ˆ˜ ์žˆ๊ณ ,
์˜ท๋„ ํ˜ผ์ž์„œ ์ž…์„ ์ˆ˜ ์žˆ์ง€.


๋ถ€์—Œ ์ฐฌ์žฅ์—์„œ ์ปต๋„ ์‰ฝ๊ฒŒ ๊บผ๋‚ผ ์ˆ˜ ์žˆ๋‹จ๋‹ค.
๋นŒ๋ฆฌ๋Š” ์žฅํ™”๋„ ์ž˜ ์‹ ๊ณ , ์ „ํ™”๋„ ์ž˜ ๋ฐ›์•„.
์—„๋งˆ๊ฐ€ ์„ค๊ฑฐ์ง€๋ฅผ ํ•˜๋ฉด ์˜†์—์„œ ๊ฑฐ๋“ค ์ˆ˜๋„ ์žˆ๋‹จ๋‹ค.

์—„๋งˆ๊ฐ€ “์šฐ๋ฆฌ ๋ฐœ๋ฆฌ๊ฐ€ ๋ฒŒ์จ ์ด๋งŒํผ ์ปธ๋„ค.” ํ•˜๋‹ˆ๊นŒ
์•„๋น ๋Š” “๋ฒŒ์จ ๋‹ค ์ปธ๋„ค.” ํ–ˆ์–ด.
์—„๋งˆ๊ฐ€ “๋ฐ”์ง€ ํ•˜๋‚˜ ์ƒˆ๋กœ ์‚ฌ์•ผ๊ฒ ๋„ค.” ํ•˜๋‹ˆ๊นŒ
์•„๋น ๋Š” “์‹ ๋ฐœ๋„ ์ƒˆ๋กœ ์‚ฌ์•ผ๊ฒ ๋„ค.” ํ–ˆ์ง€.


๊ทธ๋Ÿฌ์ž ๋นŒ๋ฆฌ๊ฐ€ ๋งํ–ˆ์–ด.
“๋‚œ ํ›จ์”ฌ ๋” ํด ๊ฑด๋ฐ?”
์—„๋งˆ๊ฐ€ “๊ทธ๋Ÿผ ๊ธˆ๋ฐฉ ํ•™๊ต์— ๊ฐ€๊ฒ ๋„ค.” ํ•˜๋‹ˆ๊นŒ,
์•„๋น ๊ฐ€ “๊ธˆ๋ฐฉ ์ž์ „๊ฑฐ๋„ ํƒ€๊ฒ ๋„ค?” ํ–ˆ์–ด.

๊ทธ๋Ÿฌ์ž ๋นŒ๋ฆฌ๋Š” “๋‚œ ํ›จ์”ฌ ๋” ํด ๊ฑด๋ฐ?” ํ–ˆ์ง€.
์—„๋งˆ ์•„๋น ๊ฐ€ “์–ผ๋งŒํผ?” ํ•˜๊ณ  ๋ฌผ์œผ๋‹ˆ๊นŒ
๋นŒ๋ฆฌ๊ฐ€ ๋Œ€๋‹ตํ–ˆ์ง€.
“์—„๋งˆ ์•„๋น ๋ณด๋‹ค๋„ ํ›จ์”ฌ ๋”!
๋‚œ ์„ธ์ƒ์—์„œ ๊ฐ€์žฅ ํฐ ์‚ฌ๋žŒ์ด ๋  ๊ฑฐ์•ผ.”

์—„๋งˆ๊ฐ€ “์šฐ๋ฆฌ ๋นŒ๋ฆฌ๊ฐ€ ์ด ์„ธ์ƒ์—์„œ ๊ฐ€์žฅ ์ปค์ง„๋‹ค๋ฉด ์šฐ๋ฆฌ ์ง‘ ์ง€๋ถ•์ด ๋ชจ์ž๊ฐ€ ๋˜๊ฒ ๋„ค.” ํ•˜๋‹ˆ๊นŒ,
์•„๋น ๊ฐ€ “๊ทธ๋Ÿผ ์ฐฝ๋ฌธ์€ ์†Œ๋งค๊ฐ€ ๋˜๊ณ  ์šฐ๋ฆฌ ์ง‘ ๋ฒฝ์€ ์œ—์˜ท์ด ๋˜๊ฒ ์ง€.
์ฃผ๋จธ๋‹ˆ ์†์—๋Š” ๊ฐ•์•„์ง€ํ•˜๊ณ  ๊ณ ์–‘์ด๊ฐ€ ์‚ด๊ฒ ๋„ค.” ํ–ˆ์–ด.


“๊ทธ๋ž˜ ๊ทธ๋ž˜, ๋งž์•„ ๋งž์•„!”
์—„๋งˆ๊ฐ€ “ํ• ๋จธ๋‹ˆํ•œํ…Œ ๊ฐˆ ๋•Œ์— ๋น„ํ–‰๊ธฐ๋Š” ์•ˆ ํƒ€๋„ ๋˜๊ฒ ๋‹ค.
๋‘ ๋ฐœ์ง์ด๋ฉด ๊ฐˆ ํ…Œ๋‹ˆ๊นŒ.” ํ•˜๋‹ˆ๊นŒ
์•„๋น ๊ฐ€ “๋ชฉ๋งˆ๋ฅด๋ฉด ํ˜ธ์ˆซ๋ฌผ์„ ๋งˆ์‹œ๊ณ ,
๋ฐฐ๊ณ ํ”„๋ฉด ์‚ฌ๊ณผ ํ•œ ์ƒ์ž๋Š” ํ•œ์ž…์— ๋จน๊ฒ ๋„ค.” ํ–ˆ์ง€.

๊ทธ๋Ÿฌ์ž ๋นŒ๋ฆฌ๊ฐ€ ๋˜ ํ‚ฅํ‚ฅ๊ฑฐ๋ฆฌ๋ฉฐ ๋งํ–ˆ์–ด.
“๊ทธ๋ž˜ ๊ทธ๋ž˜, ๋งž์•„ ๋งž์•„!”
์—„๋งˆ๊ฐ€ ๋งํ–ˆ์ง€.
“ํ›„_____ ํ•˜๊ณ  ๋ถˆ๋ฉด ๊ตฌ๋ฆ„์ด ๋‹ค ๋‚ ์•„๊ฐ€๊ฒ ๋‹ค.”
์•„๋น ๋„ ๋งํ–ˆ์ง€.
“๋ฌด์ง€๊ฐœ ๋ชฉ๊ฑธ์ด๋„ ํ•  ์ˆ˜ ์žˆ๊ฒ ๋‹ค.”

๋นŒ๋ฆฌ๋Š” ํฐ์†Œ๋ฆฌ๋กœ ๊น”๊น”๊ฑฐ๋ฆฌ๋ฉฐ ์›ƒ์—ˆ์–ด.
์—„๋งˆ๊ฐ€ ๋งํ–ˆ์–ด.
“๊ทธ๋งŒํผ ์ปค์ง€๋ฉด,
ํ•ด๋‹˜์œผ๋กœ ๊ณต ๋†€์ด๋ฅผ ํ•  ์ˆ˜ ์žˆ๊ฒ ๋„ค.”

์•„๋น ๋„ ๋งํ–ˆ์ง€.
“์ดˆ์Šน๋‹ฌ ์ˆ˜์—ผ๋„ ๋‹ฌ ์ˆ˜ ์žˆ๊ฒ ๋‹ค.”
(๋‹ฌ ์ˆ˜ ์žˆ๊ฒ ๋‹ค??)
๋นŒ๋ฆฌ๋Š” ํฐ์†Œ๋ฆฌ๋กœ ๊น”๊น”๊ฑฐ๋ฆฌ๋ฉฐ ์ž๊พธ์ž๊พธ ์›ƒ์—ˆ์–ด.
์—„๋งˆ๊ฐ€ “๊ทธ๋Ÿฐ๋ฐ ์ง€๊ธˆ, ๋„ˆ๋Š” ๋”ฑ ๋„ค ๋‚˜์ด๋งŒํผ ํฌ๋‹จ๋‹ค.” ํ•˜๋‹ˆ๊นŒ,
์•„๋น ๊ฐ€ “๊ทธ๋ ‡์ง€!” ํ•˜๊ณ  ๋งž์žฅ๊ตฌ์ณค์–ด.
์—„๋งˆ๊ฐ€ ๋งํ–ˆ์–ด.
“๊ทธ๋ฆฌ๊ณ  ์ง€๊ธˆ์€ ๋„ˆ๋งŒํ•œ ์•„์ด๋“ค์ด ์ž˜ ์‹œ๊ฐ„์ด์•ผ.”
์•„๋น ๊ฐ€ ๋งž์žฅ๊ตฌ์ณค์ง€. “๊ทธ๋ ‡์ง€!”
๋นŒ๋ฆฌ๋Š” ํ˜ผ์ž ํž˜์œผ๋กœ ์นจ๋Œ€์— ์˜ฌ๋ผ๊ฐ€ ํŽธ์•ˆํžˆ ๋ˆ„์› ์–ด.
๊ทธ๋งŒํผ์€ ์ปธ์œผ๋‹ˆ๊นŒ.

๋นŒ๋ฆฌ๋Š” ์—„๋งˆ ์•„๋น ํ•œํ…Œ ๋ฝ€๋ฝ€ํ•˜๊ณ  ์ธ์‚ฌํ–ˆ์–ด.
“์•ˆ๋…•ํžˆ ์ฃผ๋ฌด์„ธ์š”!”
์ฐฝ๋ฌธ ๋„ˆ๋จธ๋กœ ๋‹ฌ์ด ๋ณด์˜€์–ด.
์†์œผ๋กœ ์žก์•„ ๋ดค๋”๋‹ˆ ๊ธ€์Ž„,
๊ฒจ์šฐ ์•Œ์‚ฌํƒ•๋งŒํ•œ ๊ฑฐ์•ผ.

๋นŒ๋ฆฌ๋Š” ์ค‘์–ผ๊ฑฐ๋ ธ์ง€.
“๋‚ด๊ฐ€ ์„ธ์ƒ์—์„œ ๊ฐ€์žฅ ์ปค.”
๊ฟˆ ์†์—์„œ ๋นŒ๋ฆฌ๋Š”…..
์ •๋ง๋กœ ๊ทธ๋ž˜!

Korean text taken from : http://koreanselfstudyisntlame.blogspot.com/search/label/children%27s%20book
Anak terbesar di dunia

Cerita utama

Anak ini adalah Billy
Billy sekarang sudah besar
Ia sudah bisa makan sendiri dan
juga bisa mengenakan pakaiannya sendiri

Dia dapat mengambil gelas dengan mudah di lemari dapur
Billi dapat memakai sepatu dan mengangkat telefon dengan benar.
Ia dapat membantu di sebelah jika ibu mencuci piring

Ibu berkata, “Billy kita sudah sebesar ini”
Ayah berkata, “Sudah tumbuh besar semuanya”
Ibu berkata, “Aku akan membelikan sebuah celana baru”
Ayah berkata “Aku juga akan membelikan sepatu baru”

Kemudian Billy berkata
“Tapi apakah aku lebih besar dari itu?”
Ibu berkata, “Benar, baru saja kau pergi ke sekolah”
Ayah berkata, “Bukankah baru saja kau mengendarai sepedamu?”

Lalu Billy berkata, “Apakah aku lebih besar?”
Ayah dan ibu bertanya “ Seberapa?”
Billy menjawab,
“Lebih besar dari ayah dan ibu!
Aku akan menjadi orang terbesar di dunia”

Ibu berkata, “ Jika Billyku tumbuh menjadi yang terbesar di dunia, atap rumah kita ini akan menjadi topinya”
Ayah berkata, “Benar, Jendela menjadi lengannya dan dinding tembok menjadi jaketnya.
Anjing dan kucing akan hidup di kantongmu”

“Benar benar, itu benar”
Ibu berkata, “ Saat pergi ke tempat nenek, pesawat tak akan bisa mengangkutmu.
Jadi kau hanya dapat pergi dengan kedua kakimu”
Ayah berkata, “Jika haus, kau minum air danau dan jika lapar kau dapat makan sekotak apel dalam satu gigitan”

Billy kemudian tergelak dan berkata
“Benar benar, itu benar”
Ibu berkata, “Jika kau meniup, seluruh awan akan beterbangan”
Ayah juga berkata
“Kau bisa memakai kalung dari pelangi”

Billy tertawa dengan suara yang keras
Ibu berkata,
“Jika kau sebesar itu, kau bisa bermain bola dengan tuan matahari”

Ayah berkata, “Kau bisa bergelantungan di janggutnya bulan sabit”
Billy tertawa dengan suara keras dan terus tertawa
Ibu berkata, “Tapi sekarang kau sebesar anak seusiamu”
Ayah pun berkata “ Betul itu” menunjukkan rasa setujunya
Ibu berkata
“Dan sekarang saatnya anak seusiamu tidur”
Ayah menyetujianya “Benar!!”
Billy dengan sendirinya naik ke tempat tidur dan merebahkan badan dengan nyaman
Karena ia sudah sebesar itu

Billy mengucapkan salam dan mencium ayah dan ibu
“Selamat tidur”
Ia memandang bulan yang terlihat dari jendela
Ia melihat dari tangkupan tangannya, dan
hampir seperti permen
Billy berbisik
“Aku terbesar di dunia”
Di dalam mimpi Billy…
Benar, ini sungguh terjadi

KOSAKATA

์„ธ์ƒ (sesang) : dunia
๊ฐ€์žฅ (kajang): paling, ter-
ํฌ๋‹ค (k’euda): besar
์•„์ด (ai): anak
์–˜ (ae): anak
๋นŒ๋ฆฌ (billi): Billy
์ด์ œ (ije): sekarang
๋ฐฅ (pap): nasi
ํ˜ผ์ž (honja): sendiri
๋จน๋‹ค (meokta): makan
ใ„น ์ˆ˜ ์žˆ๋‹ค (l su itta): dapat, bisa
๊ณ  (go): dan
์˜ท (ot): pakaian
๋„ (do): juga
์ž…๋‹ค (ipta): mengenakan, memakai
๋ถ€์—Œ (bueok’): dapur
์ฐฌ์žฅ (chanjang): lemari
์ปต (k’eop): gelas, cup
์‰ฝ๋‹ค (swipta): mudah
๊บผ๋‚ด๋‹ค (kkeonaeda): mengambil
์žฅํ™” (janghwa): sepatu, boot
์ž˜ (jal): baik
์‹ ๋‹ค (shinta): memakai
์ „ํ™” (jeonhwa): telefon
๋ฐ›๋‹ค (batta): menerima
์—„๋งˆ (eomma): ibu
์„ค๊ฑฐ์ง€ (seolgeoji): cucian piring
์˜†์—์„œ (yeopheseo): di samping
๊ฑฐ๋“ค๋‹ค (keodeulda): membantu
์šฐ๋ฆฌ (uri): kita
๋ฒŒ์จ (beolsseo): sudah
๋งŒํผ (mank’eum): se…..
์•„๋น  (appa): ayah
๋‹ค (da): semua
๋ฐ”์ง€ (paji): celana
ํ•˜๋‚˜ (hana): satu
์ƒˆ (sae): baru
์‚ฌ๋‹ค (sada): membeli
์‹ ๋ฐœ (shimbal): sepatu
๊ทธ๋Ÿฌ์ž (keureoja): kemudian
Indonesian translation:. http://haerajjang.wordpress.com
๋งํ•˜๋‹ค (marhada): berkata
ํ›จ์”ฌ (hwolssin): sangat
๊ฑด๋ฐ (keonde): tetapi, asal kata dari ๊ทธ๋Ÿฐ๋ฐ (keureonde)
๊ทธ๋Ÿผ (keureom): benar
๊ธˆ๋ฐฉ (keumbang): baru saja
ํ•™๊ต (hakyo): sekolah
๊ฐ€๋‹ค (kada): pergi
์ž์ „๊ฑฐ (jajeonggeo): sepeda
ํƒ€๋‹ค (t’ada): mengendarai
๋ฌป๋‹ค (mutta): bertanya
๋Œ€๋‹ต (daedap): menjawab
์‚ฌ๋žŒ (saram): orang
๋˜๋‹ค (doeda): menjadi
์ง‘ (jib): rumah
์ง€๋ถ• (jibung): atap
๋ชจ์ž (moja): topi
์ฐฝ๋ฌธ (changmun): jendela
์†Œ๋งค (somae): lengan
๋ฒฝ (byeok): dinding
์œ—์˜ท (wisot): jaket
์ฃผ๋จธ๋‹ˆ (jumeoni): kantong
์†์— (soge): di dalam
๊ฐ•์•„์ง€ (kangaji): anjing
ํ•˜๊ณ  (hago): dan
๊ณ ์–‘์ด (goyangi): kucing
์‚ด๋‹ค (salda): hidup
๋งž๋‹ค (matta): benar
ํ• ๋จธ๋‹ˆ (halmeoni): nenek
ํ•œํ…Œ (hant’e): ke
๊ฐ€๋‹ค (kada): pergi
ใ„น๋•Œ (l ttae):saat
๋น„ํ–‰๊ธฐ (bihaenggi): pesawat
๋‘ ๋ฐœ (du pal): dua kaki
ํ…Œ๋‹ˆ๊นŒ(t’enikka): sehingga, jadi
๋ชฉ๋งˆ๋ฅด (mokmareu): haus
ํ˜ธ์ˆซ (hosut): danau
๋ฌผ (mul): air
๋งˆ์‹œ๋‹ค (mashida): minum
๋ฐฐ๊ณ ํ”„๋‹ค (paegopheuda): lapar
๋ฉด (myeon): jika
์‚ฌ๊ณผ (sagwa): apel
ํ•œ (han): satu
์ƒ์ž (sangja): kotak
ํ•œ (han): satu
์ž… (ip): mulut
๋จน๋‹ค (meokta): makan
ํ‚ฅํ‚ฅ๊ฑฐ๋ฆฌ๋‹ค (k’ikk’ikgeorida): terkekeh, tergelak
๋ถˆ๋‹ค (bulda): meniup
๊ตฌ๋ฆ„ (gureum): awan
๋‚ ์•„๊ฐ€๋‹ค (naragada): terbang
๋ฌด์ง€๊ฐœ (mujigae): pelangi
๋ชฉ๊ฑธ์ด (mokgeori): kalung
์†Œ๋ฆฌ (sori): suara
๋กœ (ro): dengan
๊น”๊น” ์›ƒ๋‹ค (kkalkkal utda): tertawa keras
ํ•ด (hae): matahari
๋‹˜ (nim): tuan
์œผ๋กœ (euro): dengan
๊ณต (kong): bola
๋†€๋‹ค (nolda): bermain
์ดˆ์Šน๋‹ฌ (choseungdal): bulan sabit
์ˆ˜์—ผ (suyeom): jenggot
๋‹ฌ๋‹ค (dalda): bergantung
์ž๊พธ (jakku); terus menerus
์ง€๊ธˆ (jigeum): sekarang
๋‚˜์ด (nai): usia
๋งž์žฅ๊ตฌ์น˜๋‹ค (matjangguchida): sangat sangat setuju
๊ทธ๋ฆฌ๊ณ  (geurigo); dan
์‹œ๊ฐ„ (shigan): waktu
์นจ๋Œ€ (chimdae): tempat tidur
์˜ฌ๋ผ๊ฐ€๋‹ค (ollagada): naik, memanjat
ํŽธ์•ˆํžˆ (phyeonanhi): dengan nyaman
๋ˆ•๋‹ค (nopta): rebah
๋ฝ€๋ฝ€ํ•˜๋‹ค (ppoppohada): mencium
์ธ์‚ฌ (insa): salam
์•ˆ๋…•ํžˆ ์ฃผ๋ฌด์„ธ์š” (annyeonghi jumuseyo): selamat malam/ tidur
๋„ˆ๋จธ (neomeo): memandang
๋‹ฌ (dal): bulan
๋ณด๋‹ค (boda): melihat
์† (son): tangan
์žก (jab): genggam
๊ฒจ์šฐ (kyeou): hampir
์•Œ์‚ฌํƒ• (alsat’ang): permen, kembang gula
์ค‘์–ผ๊ฑฐ๋ฆฌ๋‹ค (jueolgeorida): berbisik, menggerutu
๊ฟˆ (kkum): mimpi
์ •๋ง๋กœ (jeongmallo): sungguh

[Kids Story] ํ”ผํ„ฐ์˜ ์˜์ž (Peter’s Chair)


ํ”ผํ„ฐ๋Š” ํŒ”์„ ํ•œ๊ป ๋ป—์—ˆ์–ด
๋๋‹ค! ๋†’์€ ๋นŒ๋”ฉ์ด ์™„์„ฑ๋˜์—ˆ์–ด.

์™€๋‹นํƒ•! ์–ด, ๋นŒ๋”ฉ์ด ๋ฌด๋„ˆ์ ธ ๋ฒ„๋ ธ๋„ค.
์—„๋งˆ๊ฐ€ ๊พธ์ง–์—ˆ์ง€.
“์‰ฌ์ž‡! ์ข€ ์กฐ์šฉํžˆ ๋†€์•„๋ผ.
์šฐ๋ฆฌ ์ง‘์—๋Š” ๊ฐ“๋‚œ์•„๊ธฐ๊ฐ€ ์žˆ์–ด์š”.”



ํ”ผํ„ฐ๋Š” ์—ฌ๋™์ƒ ์ˆ˜์ง€์˜ ๋ฐฉ์„ ๋“ค์—ฌ๋‹ค๋ณด์•˜์–ด.
์—„๋งˆ๊ฐ€ ์š”๋žŒ์„ ๊ฐ€๋งŒ๊ฐ€๋งŒ ํ”๋“ค๊ณ  ์žˆ์–ด.
ํ”ผํ„ฐ๋Š” ์ƒ๊ฐํ–ˆ์ง€.
“์ €๊ฑด ๋‚ด ์š”๋žŒ์ธ๋ฐ, ๋ถ„ํ™์ƒ‰์œผ๋กœ ์น ํ•ด ๋ฒ„๋ ธ์ž–์•„!”

์•„๋น ๊ฐ€ ํ”ผํ„ฐ๋ฅผ ๋ถˆ๋ €์–ด.
“ํ”ผํ„ฐ์•ผ, ๋„ค ๋™์ƒ ์‹ํƒ ์˜์ž๋ฅผ ์น ํ•˜๋Š”๋ฐ ์ด๋ฆฌ ์™€์„œ ์ข€ ๋„์™€ ์ฃผ๊ฐฐ๋‹ˆ?”
ํ”ผํ„ฐ๋Š” ์ค‘์–ผ๊ฑฐ๋ ธ์ง€. “์ €๊ฑด ๋‚ด ์‹ํƒ ์˜์ž์ธ๋ฐ”

ํ”ผํ„ฐ๋Š” ์•„๊ธฐ ์นจ๋Œ€๋ฅผ ๋ณด๊ณ  ์†์‚ญ์˜€์–ด.
“๋‚ด ์นœ๋Œ€์•ผ. ๊ทธ๋Ÿฐ๋ฐ ์ด๊ฒƒ๋„ ๋ถ„ํ™์ƒ‰์œผ๋กœ ์น ํ•ด ๋ฒ„๋ ธ์–ด.”
์นจ๋Œ€ ๊ณ์—๋Š” ํ”ผํ„ฐ๊ฐ€ ์“ฐ๋˜ ์˜์ž๊ฐ€ ๋†“์—ฌ ์žˆ์—ˆ์–ด.
ํ”ผํ„ฐ๋Š” ์†Œ๋ฆฌ์ณค์ง€.
“์ด๊ฑด ์•„์ง ์น ํ•˜์ง€ ์•Š์•˜์ž–์•„!”

ํ”ผํ„ฐ๋Š” ์˜์ž๋ฅผ ๋“ค๊ณ  ์ œ ๋ฐฉ์œผ๋กœ ๋‹ฌ๋ ค๊ฐ”์–ด.
“์œŒ๋ฆฌ์•ผ, ์šฐ๋ฆฌ ๋„๋ง๊ฐ€์ž.”
ํ”ผํ„ฐ๋Š” ์‡ผํ•‘ ๋ฐฑ์— ๊ณผ์ž์™€ ๊ฐ•์•„์ง€ ๋น„์Šคํ‚ท์„ ์ฑ™๊ฒจ ๋„ฃ์—ˆ์–ด.
“ํŒŒ๋ž€ ์˜์ž๋ž‘ ์žฅ๋‚œ๊ฐ ์•…์–ด๋ž‘ ๋‚ด๊ฐ€ ์•„๊ธฐ์˜€์„ ๋•Œ์— ์ฐ์€ ์‚ฌ์ง„๋„ ๊ฐ€์ ธ๊ฐ€์ž.”
์œŒ๋ฆฌ๋Š” ๋ผˆ๋‹ค๊ท€๋ฅผ ์ฑ™๊ฒผ์ง€.

ํ”ผํ„ฐ์™€ ์œŒ๋ฆฌ๋Š” ๋ฐ–์œผ๋กœ ๋‚˜์™€์„œ ์ง‘ ์•ž์— ์„ฐ์–ด.
“์—ฌ๊ธฐ๊ฐ€ ์ข‹๊ฒ ์–ด.”
ํ”ผํ„ฐ๋Š” ๊ฐ€์ ธ์˜จ ๊ฒƒ๋“ค์„ ๊น”๋”ํ•˜๊ฒŒ ๋ฒŒ์—ฌ ๋†“๊ณ ์„œ ์ž ๊น ์˜์ž์— ์•‰์•„ ์‰ฌ๋ ค๊ณ  ํ–ˆ์–ด.
๊ทธ๋Ÿฐ๋ฐ ์•‰์„ ์ˆ˜๊ฐ€ ์—†์—ˆ์–ด. ํ”ผํ„ฐ๊ฐ€ ๋„ˆ๋ฌด ์ปธ๊ฑฐ๋“ !

์—„๋งˆ๊ฐ€ ์ฐฝ๊ฐ€๋กœ ์™€์„œ ํ”ผํ„ฐ๋ฅผ ๋ถˆ๋ €์–ด.
“ํ”ผํ„ฐ์•ผ, ์ง‘์œผ๋กœ ๋Œ์•„์˜ค์ง€ ์•Š์„๋ž˜?
์ ์‹ฌ์— ์•„์ฃผ ๋ง›์žˆ๋Š” ๊ฑธ ํ•ด ๋จน์„ ๊ฑด๋ฐ.”
ํ”ผํ„ฐ์™€ ์œŒ๋ฆฌ๋Š” ์—„๋งˆ์˜ ๋ง์„ ๋ชป ๋“ค์€ ์ฒ™ํ–ˆ์–ด.
ํ”ผํ„ฐ์—๊ฒŒ๋Š” ๋”ฐ๋กœ ์ƒ๊ฐ์ด ์žˆ์—ˆ๊ฑฐ๋“ .

์—„๋งˆ๋Š” ํ”ผํ„ฐ๊ฐ€ ์ง‘ ์•ˆ์— ๋“ค์–ด์™€ ์žˆ๋‹ค๋Š” ๊ฒƒ์„ ๊ณง ๋ˆˆ์น˜ ์ฑ˜์–ด.
์—„๋งˆ๋Š” ๋งˆ์Œ์ด ๋†“์—ฌ์„œ ๋งํ–ˆ์ง€.
“์š” ์žฅ๋‚œ๊พธ๋Ÿฌ๊ธฐ๊ฐ€ ์ปคํŠผ ๋’ค์— ์ˆจ์–ด ์žˆ๊ตฌ๋‚˜.”

์—„๋งˆ๋Š” ์ปคํŠผ์„ ํ™ฑ ์ –ํ˜€์ง€.
ํ•˜์ง€๋งŒ ํ”ผํ„ฐ๋Š” ๊ฑฐ๊ธฐ์— ์—†์—ˆ์–ด!

ํ”ผํ„ฐ๊ฐ€ ์†Œ๋ฆฌ์ณค์–ด. “๋‚˜ ์—ฌ๊ธฐ ์žˆ์–ด์š”.”

ํ”ผํ„ฐ๋Š” ์–ด๋ฅธ ์˜์ž์— ์•‰์•˜์–ด.
์•„๋น ์˜ ์˜†์ž๋ฆฌ์— ๋ง์ด์•ผ.
ํ”ผํ„ฐ๊ฐ€ ๋งํ–ˆ์–ด. “์•„๋น , ์•„๊ธฐ ์˜์ž๋ฅผ ๋ถ„ํ™์ƒ‰์œผ๋กœ ์น ํ•ด์„œ ์ˆ˜์ง€ํ•œํ…Œ ์ค„๋ž˜์š”.”

์•„๋น ์™€ ํ”ผํ„ฐ๋Š” ์˜์ž์— ๋ถ„ํ™์ƒ‰ ์น ์„ ํ•˜๊ธฐ ์‹œ์ž‘ํ–ˆ์ง€


Korean text taken from : http://koreanselfstudyisntlame.blogspot.com/search/label/children%27s%20book
Kursi Milik Peter

Cerita utama:

Peter merentangkan lengannya sejauh mungkin
Jadi! Bangunan tingginya selesai

Gedubrak! Bangunannya runtuh
Ibu memarahiku
“Ssshh! Main pelan-pelan
Dirumah kita ada bayi

Peter mengintip kamar adik perempuannya, Suzy.
Ibu menggoyangkan ayunan dengan perlahan
Peter pun berpikir
“Itu ayunanku tetapi itu di cat warna pink!

Ayah memanggil Peter
“Peter, datanglah kemari dan tolong bantu ayah mengecat kursi dan meja adikmu?”
Peter menggerutu, “Tapi itu kursi dan mejaku”

Peter berbisik dan melihat tempat tidur bayi
“Tempat tidurku. Tapi ini juga di cat warna pink”
Kursi lama Peter diletakkan di sebelah tempat tidur
Peter berteriak
“Bukankah ini belum di cat!”

Peter berlari ke kamarku dan mengambil kursi
“Willie, ayo kita kabur”
Peter meletakkan bungkusan biskuit anjing dan kue ke dalam tas belanjaan
“Ayo kita bawa kursi biru dan mainan buaya juga foto saat aku masih bayi
Willie membawa bungkusan tulang

Peter dan Willie keluar dan berdiri di depan rumah
“Disini lebih baik”
Peter meletakkan barang bawaannya untuk dirapikan dan beristirahat sebentar dengan duduk di kursi.
Namun ia tak dapat duduk. Peter terlalu besar.

Ibu memanggil peter dari jendela
“Peter, tidakkah kau ingin masuk ke dalam rumah?
Indonesian translation:. http://haerajjang.wordpress.com
Kau harus makan makanan siang yang sangat lezat.
Peter dan Willie berpura-pura tidak mendengar ucapan ibunya
Bagi Peter, ia sedang memikirkan semuanya

Ibu kemudian memperhatikan bahwa Peter masuk ke dalam rumah
Perasaan ibu menjadi tenang
“Yo, anak nakal, kau bersembunyi di belakang gording”

Ibu menyibakkan hording dengan cepat
Tapi Peter tidak ada di sana!

Peter berteriak, “Aku di sini”

Peter duduk di kursi yang kebesaran
Di tempat di samping ayah
Peter berkata, “Ayah, bolehkah akau mengecat kursi dengan warna pink untuk Suzy?”
Ayah dan Peter mulai mengecat kursi dengan warna pink

KOSAKATA

ํ”ผํ„ฐ (phit’e): Peter
ํŒ” (phal): lengan
ํ•œ๊ป (hankkeot): melakukan sesuatu yang terbaik
๋ป—๋‹ค (ppeotta): merentangkan, mengembangkan
๋†’ (noph): tinggi
๋นŒ๋”ฉ (bilding): building (bangunan)
์™„์„ฑ๋‹ค (wanseongda): selesai
์™€๋‹นํƒ• (wadangt’ang): keributan, berdebar, riuh, ramai
๋ฌด๋„ˆ์ง€๋‹ค (muneojida): ambruk, runtuh
์—„๋งˆ (eomma): ibu
๊พธ์ง–๋‹ค (kkujitta): memarahi, mengomeli
์‰ฌ์ž‡ (swiit): mendesis
์ข€ (jom): sangat
์กฐ์šฉํžˆ (joyonghi): dengan perlahan,
๋†€๋‹ค (nolda): bermain
์ง‘ (jib): rumah
๊ฐ“๋‚œ์•„๊ธฐ (katnanagi): bayi, orok
์žˆ๋‹ค (itta): ada
์—ฌ๋™์ƒ (yeodongsaeng): adik perempuan
๋ฐฉ (pang); kamar
๋“ค์—ฌ๋‹ค๋ณด๋‹ค (deuryeodaboda): mengintip
์š”๋žŒ (yoram): ayunan, buaian
๊ฐ€๋งŒ๊ฐ€๋งŒ (kamankaman): dengan pelan, lembut
ํ”๋“ค๋‹ค (heundeulda): goyang
์ƒ๊ฐํ•˜๋‹ค (saenggakhada): berpikir
์ €๊ฑด (jeogeon) : singkatan ์ €๊ฒƒ์€ (jeogeoseun): itu
๋ถ„ํ™์ƒ‰ (bunheungsaek): pink
์น ํ•˜๋‹ค (chilhada): mengecat, mewarnai
์•„๋น  (oppa): ayah
๋ถ€๋ฅด๋‹ค (bureuda): memanggil
๋™์ƒ (dongsaeng): adik
์‹ํƒ (shit’ak): meja
์˜์ž (euija): kursi
์˜ค๋‹ค(oda): datang
๋•๋‹ค (dopta): membantu
์ค‘์–ผ๊ฑฐ๋ฆฌ๋‹ค (jungeolgeorida): menggerutu, cemberut, mengomel
์•„๊ธฐ (agi): bayi
๋ณด๋‹ค (boda); melihat
์†์‚ญ์ด๋‹ค (soksagida): berbisik
๊ณ์— (kyeot’e): di samping
์“ฐ๋‹ค (sseuda): menggunakan, pahit, menulis
๋†“๋‹ค (notta): membiarkan, meletakkan
์†Œ๋ฆฌ์น˜๋‹ค (sorichida): berteriak
์•„์ง (ajik): masih
๋“ค๋‹ค (deulda): membawa
๋‹ฌ๋ฆฌ๋‹ค (dallida): lari
๋„๋ง๊ฐ€๋‹ค (domanggada): melarikan diri
์‡ผํ•‘ ๋ฐฑ (syophing baek): shopping bag (tas belanjaan)
๊ฐ•์•„์ง€ (kangaji): anjing
๋น„์Šคํ‚ท (biseuk’it): biskuit
์ฑ™๊ธฐ๋‹ค (chaenggida): mengepak, membungkus
๋„ฃ๋‹ค (neotta): memasukkan sesuatu ke dalam…
ํŒŒ๋ž€ (pharan): biru
๋ž‘ (rang): dan
์žฅ๋‚œ๊ฐ (jangnangam): mainan
์•…์–ด (akeo): buaya
์‚ฌ์ง„ (sajin): gambar, foto
๊ฐ€๋‹ค (kada): pergi
๋ผˆ๋‹ค๊ท€ (ppyeodagwi): tulang
์™€ (wa): dan
๋ฐ– (ppak): luar
๋‚˜์˜ค๋‹ค (naoda); keluar
์ง‘ (jib): rumah
์•ž์— (aphe): di depan
์„œ๋‹ค (seoda): berdiri
์—ฌ๊ธฐ (yeogi): di sini
์ข‹๋‹ค (johta): baik
๊น”๋”ํ•˜๋‹ค (kkalkkeumhada): merapikan
๋ฒŒ์—ฌ ๋†“๋‹ค (beoryeo notta): meletakkan untuk
์ž ๊น (jamkkan): sebentar
์•‰๋‹ค (anta): duduk
์‰ฌ๋‹ค (swida): istirahat
๊ทธ๋Ÿฐ๋ฐ (keureonde): namun
ใ„น์ˆ˜ ์—†๋‹ค (lsu eopta): tidak dapat
๋„ˆ๋ฌด (neomu): terlalu
ํฌ๋‹ค (k’euda): besar
์ฐฝ (chang): jendela
๋ถ€๋ฅด๋‹ค (bureuda): memanggil
๋Œ์•„์˜ค๋‹ค (toraoda): masuk
์ ์‹ฌ (jeomshim): makan siang
์•„์ฃผ (aju): sangat
๋ง›์žˆ๋‹ค (mashitta): enak
๋จน๋‹ค (meokta): makan
๋ง (mal): kata
๋“ฃ๋‹ค (deutta): mendengar
-ใ„ด์ฒ™ํ•˜๋‹ค (n cheokhada): berpura-pura
์ƒ๊ฐ (saenggak): memikirkan
๋ˆˆ์น˜ (nunchi): memperhatikan
๋งˆ์Œ (maeum): hati
๋†“์ด๋‹ค (noida): tenang, reda, tentram
์žฅ๋‚œ๊พธ๋Ÿฌ๊ธฐ (jangnankkureogi): anak nakal
์ปคํŠผ (k’eot’eun): hording
๋’ค์— (dwie); di belakang
์ˆจ๋‹ค (sumta): bersembunyi
ํ™ฑ (hwaek): dengan cepat
์ –ํžˆ๋‹ค (jeothida): menyibakkan
๊ฑฐ๊ธฐ์— (geogie): di sana
์—†๋‹ค (eopta): tidak ada
์–ด๋ฅธ (eoreun): dewasa, tumbuh besar
์ž๋ฆฌ์— (jarie): di tempat